Sabtu, 24 Juni 2017

Fenomena Budaya Menyambut Bulan Ramadhan

Dalam menyambut bulan Ramadhan, biasanya banyak hal yang kita lakukan. Salah satunya adalah berziarah kubur. Ziarah kubur itu sendiri terdiri dari dua kata yaitu ziarah dan kubur, kata ziarah sendiri berasal dari bahasa arab yaitu zara dari kata yazuru-ziyaratan yang memiliki makna mengunjungi. Dan kata kuburan itu sendiri ialah makan atau tempat disemahyamkannya orang yang sudah meninggal, sehingga pengertian ziarah kubur itu sendiri ialah mengunjungi kuburan.
Sudah menjadi kebiasaan masyarakat kita, khususnya setiap menjelang datangnya bulan Ramadhan, banyak lokasi kuburan umum yang dipadati oleh peziarah. Para peziarah ini pun tanpa disadari secara kompak mengenakan kostum khas, pakaian muslim yang serba hitam.

Sebenarnya, perintah khusus untuk berziarah kubur menjelang bulang Ramadhan sebenarnya nyaris tidak ada dalil yang sifatnya eksplisit. Sehingga hukumnya tidak secara khusus disunnahkan, apalagi diwajibkan. Maka bila kita ingin berziarah kubur menjelang bulan Ramadhan, tidak ada anjuran khusus atau larangan. Yang pasti adalah, kamu tidak melanggar aturan-aturan mengenai ziarah kubur yang benar dan sesuai ajaran Islam. Kita boleh setiap saat melakukan ziarah kubur agar hati kita semakin lembut karena mengingat kematian.

Tidak hanya Indonesia yang memiliki tradisi menyambut Bulan Ramadhan, namun beberapa negara juga punya keunikannya sendiri dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Di antaranya ada Mesir, Jepang, Albania, India, Austria, Cina dan Arab Saudi.

Sebagai salah satu negara dengan mayoritas penduduk yang beragama Islam, Mesir juga memiliki sebuah tradisi unik untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Umat Muslim yang ada di Mesir tepatnya di kota Kairo, menjelang bulan Ramadhan biasanya akan memasang semacam lampu gantung tradisional bernama Fanus di setiap rumah mereka. Tradisi unik kaum Muslim yang ada di Mesir ini sudah dimulai sejak sangat lama tepatnya sejak zaman Dinasti Fattimiyah. Ketika itu lampu Fanus biasa di pasang guna menyambut kedatangan armada pasukan dari kerajaan yang datang mengunjungi daerah itu setiap menjelang bulan Ramadhan. Tradisi ini terus berlanjut hingga saat ini dan setiap bulan Ramadahan akan datang masyarakat Kairo akan berbondong-bondong membeli lampu Fanus untuk menghiasi rumah mereka, hal ini membuat kota mesir jadi penuh warna dan terlihat semakin indah di bulan Ramadhan.

Meskipun merupakan kaum minoritas di negaranya, kaum Muslim di Jepang tak kalah semarak dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Mereka akan saling berbagi kebahagiaan bersama umat muslim lainya, dengan mengadakan berbagai macam acara, yang tentunya berhubungan dengan bulan Ramadhan. Seperti kegiatan yang mereka lakukan di Japan Islamic Center misalnya, mereka akan membentuk semacam panitia Ramadhan untuk menyusun segala kegiatan berupa Majelis Taklim, Sholat Tarawih berjamaah, penerbitan buku-buku yang bernafaskan ajaran Islam serta hal-hal lainya yang terkait dengan pelaksanaan ibadah puasa. Panitia ini juga bertugas menerbitkan jadwal puasa dan mendistribusikanya ke rumah-rumah keluarga Muslim, jadwal ini juga di bagikan ke restoran-restoran Muslim yang ada di seantero Jepang.

Kali ini kita akan beralih ke sebuah negara pecahan dari Uni Soviet yaitu Albania, di negara yang terletak di bagian tenggara Eropa ini terdapat sebuah tradisi unik untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Masyarakat di Albania biasanya akan menggelar sebuah kesenian tradisional yang di sebut dengan Lodra. Sebuah kesenian yang mirip dengan prosesi pukul bedug yang biasa diadakan di beberapa wilayah di Indonesia. Namun bedanya Kesenian Lodra asal Albania ini tak menggunakan bedug, melainkan sebuah perkusi yang berukuran agak besar yang terbuat dari sebuah tabung yang masing-masing ujungnya di balut dengan menggunakan kulit domba atau kambing. Alat untuk memukulnya sendiri juga terdiri dari dua buah stik yang mirip dengan alat untuk memukul drum hanya saja ujungnya sedikit melengkung. Kesenian Lodra juga sering di kombinasikan dengan alat musik tiup, hingga kesenian Lodra ini sekilas mirip dengan marching band. Selain untuk menyambut bulan puasa kesenian Lodra juga biasa dipentaskan untuk mengiringi sahur atau yang biasa disebut dengan Syfyr dan saat berbuka puasa yang disebut Iftar.

Selanjutnya kita beralih ke negara yang terkenal dengan produksi film Bollywoodnya yang sudah mendunia, yaitu India. Di negara yang mayoritas penduduknya beragama Hindu ini, ternyata juga terdapat sebuah tradisi unik yang di lakukan masyarakat Muslim yang ada di sana menjelang Ramadhan, atau warga India biasa menyebutnya Ramazan. Para pria Muslim disini akan menghiasi mata mereka dengan Kohl (Sejenis Celak Mata), sebuah tradisi yang hampir mirip dengan yang di lakukan oleh orang Jawa saat menyambut datangnya bulan Suro.

Sedikit berbeda dengan tradisi menyambut bulan suci Ramadhan di negara lain, di negara Austria menjelang bulan Ramadhan warga Muslimnya akan menggelar sebuah kampanye pengumpulan paket lebaran bagi keluarga miskin dan hadiah anak-anak yatim piatu yang ada di Palestina. Tindakan mulia ini dikoordinasi oleh organisasi kemanusiaan Palestina yang ada di negara Austria. Kampanye yang bernama Feeding Fasting Palestinians ini berjalan cukup sukses dan mendapat tanggapan yang sangat positif dari warga Muslim yang ada di Austria. Setelah terkumpul semua sumbangan biasanya akan dikirimkan melalui lembaga-lembaga sosial yang beroperasi di wilayah Palestina.

Menurut penuturan Joshua Kucera, seorang traveler yang pernah berkunjung ke negara Tiongkok pada saat bulan puasa, di negara tirai bambu ini terdapat sebuah kawasan yang mayoritas masyarakatnya memeluk ajaran agama Islam, kawasan itu bernama Kashgar. Sebuah kawasan yang berbatasan langsung dengan negara Turki dan di bangun pada tahun 1442. Dan karena kedekatan letak geologisnya ini, masyarakat Kashgar memiliki sebuah tradisi unik berupa nyanyian yang diselingi dengan tari-tarian. Namun sayangnya tradisi ini adalah salah satu hal yang masih tersisa dari kebudayaan bangsa Kashgar yang semakin termarjinalkan oleh kemajuan jaman. Di Kashgar jangankan serial televisi khusus yang bertemakan bulan Ramadhan, kumandang Adzan saja nyaris tak terdengar. Selain itu diantara suasana sepi dan khusuk, masyarakan kashgar masih menjaga salah satu tradisi lain yaitu Muslim Kashgar akan lebih menyukai kudapan yang di buat oleh Muslim lainya pada saat bulan Ramadhan daripada masakan Cina.

Sebagai salah satu negara yang memiliki penduduk Muslim mayoritas, kemeriahan bulan Ramadhan di  Arab Saudi sudah tak diragukan lagi. Salah satunya adalah tradisi "Meriam Ramadhan" yang ada di Makkah Al-Mukarramah, tradisi unik ini digunakan sebagai pertanda awal datangnya bulan suci Ramadhan. Meriam ini akan di bunyikan pada malam, tepat senbelum bulan puasa. Selain itu meriam ini juga akan di bunyikan sebagai tanda waktu untuk berbuka puasa, waktu sahur dan juga pertanda datangnya waktu Imsyakiyah. Meriam yang di letakkan di sebuah bukit bernama "Gunung Meriam" yang lokasinya berdekatan dengan Masjidil Haram ini akan senantiasa menggelegar sepanjang bulan puasa, sampai akhirnya di bunyikan untuk terakhir kali pada hari terakhir di bulan Ramadhan sebagai tanda masuknya Idul Fitri 1 Syawal. Setelah itu meriam itu akan di kembalikan ke tempatnya semula yaitu ke daerah bernama 'Azizah sampai akhirnya di kembalikan lagi ke "Gunung Meriam" pada bulan Ramadhan berikutnya.

Sumber:
- [ ] http://tuntunanshalat.info/pengertian-ziarah-kubur/
- [ ] https://www.muslimarket.com/blog/tradisi-ziarah-kubur-menjelang-bulan-ramadhan/
- [ ] https://rumaysho.com/3470-mengkhususkan-ziarah-kubur-menjelang-ramadhan.html
- [ ] http://www.wajibbaca.com/2016/05/inilah-tradisi-unik-yang.html

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

About

BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.