Permasalahan Sosial
menurut ahli Lesli,yaitu suatu kondisi yang berpengaruh terhadap kehidupan
sebagai besar warga masyarakat sebagai sesuatu yang tidak diinginkan dan
karenanya perlu tindakan untuk mengatasi atau memperbaikinya. Sedangkan menurut
saya pribadi, permasalahan sosial adalah,hal-hal yang kita temui dalam
kehidupan sehari-hari dalam bentuk interaksi baik terhadap benda hidup atau
benda mati secara individu atau individu terhadap individu lainnya atau
individu terhadap kelompok atau kelompok terhadap kelompok.
Permasalahan sosial di
bidang arsitektur sering kita jumpai sehari-hari. Arsitektur yang berarti seni
yang dilakukan oleh setiap individual untuk berimajinasi diri mereka dan ilmu
dalam merancang bangunan,atau jika pengertian itu dibuat secara lebih singkat
arsitektur berarti Ilmu merancang bangunan dan seni. Tetapi pada nyatanya,
infrastruktur-infrastruktur yang sering kita jumpai tidak memiliki konsep
arsitektur yang baik,entah memang bukan arsitek yang membangun
infrastruktur tersebut atau bahkan tangan-tangan jahil yang sudah merusak
karya-karya sang arsitek? Padahal infrastruktur yang terencana dan tertata
rapih akan mempengaruhi psikologis masyarakat hingga ekonomi negara.
Misalnya di Jakarta,
kurangnya RTH (Ruang Terbuka Hijau) bukan hal yang aneh. Seperti yang dilansir
kompas (http://properti.kompas.com/read/2016/09/21/230000421/jakarta.masuk.daftar.kota.tidak.berkualitas)
Selain itu, ruang
terbuka hijau (RTH) di Jakarta saat ini masih jauh dari standar yang
seharusnya. Berdasarkan Undang Undang Nomor 26 tahun 2007, setiap daerah di
Indonesia diwajibkan memiliki RTH sebesar 30 persen dari luas kota dengan
rincian RTH privat 10 persen dan RTH publik 20 persen. Sementara itu, Jakarta,
diakui oleh Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup
Oswar Muadzin Mungkasa, baru memiliki RTH sekitar 9-10 persen.Menurut konsultan
RTH dan arsitek lansekap Nirwono Joga, sebanyak 80 persen kawasan, permukiman,
dan komersial di wilayah Jakarta dianggap "mengangkangi" RTH.
Peran arsitek dalam pembangunan-pembangunan gedung dan permukiman
di daerah Jakarta harus diperhatikan. Sang Arsitek boleh saja membangun
permukiman,tetapi harus ditunjang dengan fasilitas seperti RTH. Yang
menyediakan lahan hijau bagi penghuninya,sehingga lahan yang dipakai untuk
pembangunan permukiman baru tersebut dapat memberikan dampak baik pada
lingkungan. Tidak hanya itu, pembangunan RTH dengan konsep unik dan tertata
seperti taman-taman kota di Bandung, akan menarik antusias masyarakat untuk
mengunjungi taman tersebut. Dari berduduk-duduk santai dibawah pohon yang
memberi kesegaran dan kesehatan pernapasan pada masyarakat hingga berolahraga.
Itulah tugas arsitektur lanskap dalam membangun taman-taman kota yang unik dan
tertata.
Kedua,pada terminal bus.
Bagaimana pertama kali jika kita mengingat terminal bus? Kotor, kumuh,
menkutkan. Tetapi mengapa pada stasiun kereta api atau bandara bisa selalu
rapih? Seperti dilansir dari berita satu (http://sp.beritasatu.com/home/dipenuhi-tukang-ojek-minim-fasilitas-kondisi-terminal-bus-tanjung-priok-semrawut/82524)
"Kalau diterminal
lainnya itu pasti di setiap lajur bus ada papan penunjuk arah tujuan kota, tapi
kalau di sini malahan tidak ada," ujar Melani
"Tempat duduknya sempit, udah gitu lokasi menunggu ini tidak strategis untuk memantau kedatangan bis," keluhnya. Ia berharap agar kawasan ruang tunggu di terminal tersebut bebas dari asap rokok, pasalnya banyak ibu-ibu yang menyusui maupun membawa anaknya yang masih balita.
"Tempat duduknya sempit, udah gitu lokasi menunggu ini tidak strategis untuk memantau kedatangan bis," keluhnya. Ia berharap agar kawasan ruang tunggu di terminal tersebut bebas dari asap rokok, pasalnya banyak ibu-ibu yang menyusui maupun membawa anaknya yang masih balita.
Padahal terminal bus
jika ditata layaknya stasiun kereta api atau bandara,akan menarik masyarakat
agar menggunakan transportasi umum seperti bus dan angkutan umum. Sehingga
dapat mengurangi kemacetan di kota-kota besar. Sekaligus dapat mengurangi
polusi sehingga angka kesehatan masyarakat di Indonesia dapat meningkat.
Dengan menggunakan
konsep programatik/pragmatic, yaitu konsep yang dikembangkan
berkisarpersoalan2 yg pragmatis yang diidentifikasidari program sebuah
bangunan. Konsep inimerupakan tanggapan langsung daripemecahan masalah, Arsitek
dapat merancang dan menyusun infrastruktur-infrakstruktur dengan baik sesuai
dengan daerah dan kebutuhan infrastruktur. Misalnya, membangun taman kota di
Jakarta. Dibutuhkan rancangan-rancangan modern dan udara yang sejuk untuk
menarik antusiasme warga Jakarta pergi ke taman kota, karena karakter
orang-orang Jakarta yang menyukai kekinian dan udara sejuk,dapat dilihat dari
kegemaran warga Jakarta untuk pergi ke mall.
Tidak hanya
infrastruktur seperti taman kota dan terminal. Masih banyak
infrastrutur-infrastruktur di Indonesia yang masih kurang fasilitas dan
kerapihannya. Padahal kelengkapan fasilitas,desain-desain yang unik,kerapihan
dan kenyamanan infrastruktur berpengaruh pada wisatawan yang berlibur di
Indonesia. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan negara. Sangat disayangkan
hal ini belum bisa terealisasikan,padahal ada ribuan lulusan arsitektur setiap
tahunnya. Bahkan tidak sedikit yang tidak bekerja pada bidangnya. Inilah tugas
kita sebagai Mahasiswa Arsitektur untuk membawa masa depan Indonesia yang lebih
baik lagi.
Sumber:
http://www.misterbandung.com/2016/01/wajah-baru-taman-dewi-sartika-bandung.html
0 komentar:
Posting Komentar