BULLYING PADA REMAJA
Bullying adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau
paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Hal ini dapat
mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan.
Sedangkan
menurut Rigby (2002:15) bullying
adalah penekanan atau penindasan beulang-ulang, secara psikologis atau fisik
terhadap seseorang yang memiliki kekuatan atau kekuasaan dengan kelompok orang
yang lebih kuat.
Terdapat
empat jenis bullying, yaitu secara
emosional, fisik, verbal, dan cyber.
Secara fisik
Bullying ini dilakukan secara fisik atau dengan
menggunakan kekerasan. Para pelaku menggunakan tangan atau kakinya untuk
melukai orang lain. Salah satu contohnya adalah memukul, menendang, mendorong
bahkan mencuri. Kekerasan fisik yang dapat menimbulkan luka kasat mata ternyata
bukanlah bullying yang didapat
pertama kali oleh korban. Pelaku bully seringkali memulainya secara verbal atau
lewat omongan.
Secara verbal atau omongan
Bullying ini dilakukan secara verbal atau melalui
omongan. Contohnya adalah mengejek, menghina, menyebarkan gossip/fitnah dan
mengancam. Ini adalah salah satu yang paling sering terjadi dan yang paling
dianggap sepele. Walaupun begitu, tapi sebenarnya bullying secara verbal adalah
yang paling memengaruhi kesehatan mental para remaja. Karena hanya
dengan lewat omongan atau perkataan yang negative, seseorang akan merasa
tertekan dan tidak percaya diri sehingga bullying
ini bisa menyebabkan depresi atau bahkan bunuh diri.
Secara Personal
Maksudnya
adalah tindakan ini dilakukan dengan sengaja untuk menjatuhkan nama baik dan
status sosial orang lain.
Cyber-bullying
Cyber-bullying adalah salah satu factor utama
yang memicu kasus bunuh diri pada remaja. Termasuk bullying yang paling sering terjadi, namun dalam ruang lingkup
teknologi, seperti email, media social (facebook, twitter), pesan singkat dan
telepon. Beberapa contohnya adalah meretas akun, menyebar berita bohong sampai
pelecehan yang dapat menimbulkan depsresi.
Berikut
adalah sebuah contoh kasus bullying:
Terlibat Bullying, Siswa Don Bosco Akan Dikeluarkan
Sabtu, 28
Juli 2012 | 12:08 WIB
TEMPO.CO, Jakarta
- Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMA Seruni Don Bosco, Gerardus Gantur,
mengatakan pihak sekolah bakal memberi sanksi jika ada siswa terbukti terlibat bullying.
Siswa yang menjadi terhukum dalam kasus itu terancam dikeluarkan dari SMA elite
tersebut.
"Jika siswa menjadi terhukum, pasti dikeluarkan," ujar Gerardus ketika dihubungi Tempo, Sabtu 28 Juli 2012. Dalam menjatuhkan sanksi, sekolah akan melihat hasil penyelidikan kepolisian. "Kami tanya ke polisi seperti apa perannya."
Dia mengakui, kemungkinan kecil siswa bersangkutan dapat bersekolah di SMA Don Bosco lagi. Sekolah sebenarnya berada dalam posisi dilematis saat memberi sanksi. "Di satu sisi, mereka generasi penerus bangsa," kata Gerardus lagi.
Namun, bagaimana pun, pihak sekolah menilai, siswa yang melakukan bullying harus mendapat efek jera dengan hukuman. "Efek jera itu harus dengan hukuman," ujarnya.
Dia menyatakan, soal sanksi ini sudah diberitahukan sejak awal kepada orang tua siswa. Tidak hanya dalam kasus bullying, tapi juga kasus narkoba, sikap sekolah sudah jelas, mengeluarkan siswa. "Orang tua sudah tahu semua soal itu," katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, tindakan bullying terjadi pada Selasa, 24 Juli lalu, sekitar pukul 13.45 WIB, di kalangan siswa SMA Don Bosco. Kejadian berlangsung setelah siswa pulang sekolah. "Dari keterangan korban, mereka ditempeleng, dipukul, dan disundut rokok," kata Gerardus.
Kasus ini telah dilaporkan ke Polres Jakarta Selatan. Pihak sekolah selanjutnya menyerahkan penyelidikan kepada kepolisian. "Yang bisa mengorek ini adalah polisi," kata Gerardus pasrah. Namun dia tetap berusaha melakukan pendekatan kepada orang tua murid untuk memancing anak-anak mereka bercerita. "Kami beri pengarahan kepada orang tua supaya mendorong anak-anak bercerita apa adanya," kata dia.
"Jika siswa menjadi terhukum, pasti dikeluarkan," ujar Gerardus ketika dihubungi Tempo, Sabtu 28 Juli 2012. Dalam menjatuhkan sanksi, sekolah akan melihat hasil penyelidikan kepolisian. "Kami tanya ke polisi seperti apa perannya."
Dia mengakui, kemungkinan kecil siswa bersangkutan dapat bersekolah di SMA Don Bosco lagi. Sekolah sebenarnya berada dalam posisi dilematis saat memberi sanksi. "Di satu sisi, mereka generasi penerus bangsa," kata Gerardus lagi.
Namun, bagaimana pun, pihak sekolah menilai, siswa yang melakukan bullying harus mendapat efek jera dengan hukuman. "Efek jera itu harus dengan hukuman," ujarnya.
Dia menyatakan, soal sanksi ini sudah diberitahukan sejak awal kepada orang tua siswa. Tidak hanya dalam kasus bullying, tapi juga kasus narkoba, sikap sekolah sudah jelas, mengeluarkan siswa. "Orang tua sudah tahu semua soal itu," katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, tindakan bullying terjadi pada Selasa, 24 Juli lalu, sekitar pukul 13.45 WIB, di kalangan siswa SMA Don Bosco. Kejadian berlangsung setelah siswa pulang sekolah. "Dari keterangan korban, mereka ditempeleng, dipukul, dan disundut rokok," kata Gerardus.
Kasus ini telah dilaporkan ke Polres Jakarta Selatan. Pihak sekolah selanjutnya menyerahkan penyelidikan kepada kepolisian. "Yang bisa mengorek ini adalah polisi," kata Gerardus pasrah. Namun dia tetap berusaha melakukan pendekatan kepada orang tua murid untuk memancing anak-anak mereka bercerita. "Kami beri pengarahan kepada orang tua supaya mendorong anak-anak bercerita apa adanya," kata dia.
Bullying yang biasanya
dimulai ketika menginjak sekolah menegah mempunyai banyak factor, selain belum
mampunya para remaja mengambil tindakan tepat dan matang, biasanya karena
mencari perhatian dari teman sebaya dan orang tua mereka, atau juga karena
merasa penting dan merasa memegang kendali. Bullying
di sekolah juga bisa dipacu karena meniru tindakan orang dewasa atau program
televisi. Perilaku ini tidak bisa dibiarkan karena jika terus menerus dibiarkan
maka secara tidak sadar akan memberikan bullies power kepada para pem-bully,
meningkatkan budaya kekerasan, serta akan membuat pelaku bullying ini melakukannya terus sampai dewasa.
Psikolog anak
Vera Itabiliana Hadiwidjojo menuturkan bahwa ada beberapa langkah yang bisa
diterapkan sebagai solusi untuk mencegah perilaku bullying.
· Orang tua lebih baik fokus pada hal positif. Beri
penghargaan saat anak melakukan hal positif, bukan pada pemberian hukuman saat
anak berbuat salah.
· Waktu yang berkualitas dengan anak adalah penting. Misal
sesi ngobrol sambil makan bersama.
· Bantu anak mendalami minat dan bakat. Jadi mereka fokus
ke sana, bukan mengurusi hal tak penting.
· Kurangi paparan kekerasan dari tontonan atau permainan di
rumah.
· Beri contoh baik bagaimana mengatasi amarah.
· Ajarkan anak pentingnya meminta maaf. Jadi mereka belajar
mengendalikan emosi dan bisa bersikap lebih rendah hati.
PROPOSAL RANCANGAN PROGRAM SEMINAR ANTI BULLYING
1. Nama kegiatan :
”Anti Bullying”
2. Tema kegiatan :
Keep Calm and Say NO! to Bullying
3. Waktu dan tempat : Tempat : Gedung
Balai Kota Depok
Tanggal: 16 Oktober 2016
Waktu : 09.00 – 14.00
4. Peserta seminar : Para siswa/I
SMP dan SMA Kota Depok
5.
Tujuan :
a. Memberikan informasi tentang Bullying
b. Memberitahu cara mencegah Bullying
b. Memberitahu cara mencegah Bullying
6. Narasumber : Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi
7. Penasihat : Bagja Waluyo
8. Ketua pelaksana : Aurell
Karunia
9. Sekretaris : Damayanti Nazneen
10. Bendahara : Mona Graciela
11. Seksi acara :
a. Prita Andrimika
b. Hana Elisabeth
12. Seksi
perlengkapan : a. Nadya Rizki
b. Mia Chairunnisa
13. Seksi konsumsi : a. Rivani
Nathalia
b. Widya Fatmah
14. Seksi Humas :
a. Nia Azizah
b. Siti Oktaviani c. Nadya Nuraisiyah
15. Seksi Dokumentasi : a. Margaretha Quinta
b. Monica Lestari
Susunan Acara
Waktu
|
Kegiatan
|
Pelaksana
|
09.00 – 09.30
|
Pembukaan dan sambutan
|
Panitia
|
09.30 – 11.00
|
Materi – Bullying : Pengertian dan ciri-ciri
|
Narasumber
|
11.00 – 11.30
|
Kuis dan games
|
Panitia
|
11.30 – 12.30
|
ISOMA
|
-
|
12.30 – 13.30
|
Materi – Bullying : Dampak, cara mengatasi
dan menanggulangi
|
Narasumber
|
13.30 – 14.00
|
Doorprize dan penutup
|
Panitia
|
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar