NAMA : KIKI SETIANINGSIH
NPM : 23316913
KELAS : 1TB03
MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR 1
JUDUL TUGAS KE 2: KEBUDAYAAN MASYARAKAT DAERAH
KEBUDAYAAN MASYARAKAT JAWA TENGAH ( WONG
JOWO)
A.
Pengertian
Kebudayaan
Kata "kebudayaan berasal dari (bahasa
Sanskerta) yaitu "buddayah" yang merupakan bentuk jamak dari kata "budhi" yang
berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai "hal-hal yang
bersangkutan dengan budi atau akal". Pengertian
Kebudayaan secara umum adalah hasil cipta, rasa dan karsa
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup
pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat dan setiap kecakapan, dan
kebiasaan.
Sedangkan
menurut definisi Koentjaraningrat yang mengatakan bahwa kebudayaan
adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil yang harus didapatkannya
dengan belajar dan semua itu tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Didefinisikan oleh Selo Soemardjan dan Soelaeman
Soenardi, pada bukunya Setangkai Bunga Sosiologi, merumuskan kebudayaan sebagai
semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan
teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture)
yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan
serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.
Kebudayaan dalam bahasa Inggris (Culture)
sendiri dalam bahasa inggris muncul pada pertengahan abad ke-19. Sebelumnya para
ahli antropologi memberi arti kebudayaan sebagai cara mengolah tanah, usaha
bercocok tanam, sebagaimana tercermin dalam istilah agriculture dan holticulture.
Hal ini bisa kita mengerti karena istilah culture berasal dari bahasa Latin
colere yang berarti pemeliharaan, pengolahan tanah pertanian. Pada arti kiasan
kata itu juga berarti "pembentukan dan pemurnian jiwa". Seorang
antropolog lain, E.B. Tylor (1871), dalam bukunya yang berjudul Primitive
Culture (New York ; Brentano's, 1924), hal 1, mendefinisikan kebudayaan adalah
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
B. Kebudayaan Pada Masyarakat Jawa Tengah
Jawa Tengah adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa.
Ibu kotanya adalah Semarang. Provinsi ini berbatasan dengan
Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di
sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya
32.548 km², atau sekitar 28,94% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah
juga meliputi Pulau Nusakambangan di
sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.
Pengertian Jawa Tengah secara
geografis dan budaya kadang juga mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jawa Tengah dikenal sebagai "jantung" budaya Jawa. Meskipun demikian di provinsi ini ada pula suku
bangsa lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan suku Jawa seperti suku Sunda di
daerah perbatasan dengan Jawa Barat. Selain ada pula warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia
dan India-Indonesia yang tersebar di seluruh provinsi ini.
Kebudayaan Masyarakat Jawa Tengah menurut Unsur-Unsur Kebudayaan (C.Kluckhohn)
·
Sistem
Religi (Keagamaan)
Sehubungan
dengan agama yang dianut adalah agama Islam, Kristen, Protestan, Hindu, dan
Budha. Kenyataan bahwa sebelum agama Islam dan agama Kristen masuk di Indonesia
telah sampai lebih dahulu di negri ini yaitu agama Hindu dan agama Budha, maka penduduk
Pulau Jawa telah terpengaruhi oleh agama Hindu dan agama Budha sebelum belajar
agama Islam, Protestan, dan. Agama Hindu-Budha sendiri membawa pengaruh besar
terhadap Pulau Jawaseperti adanya Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
Kepercayaan lain yang ada dalam masyarakat
Jawa adalah para Muslim di jawa Tengah
dan jawa Timur biasanya berkelompok di sebuah kampung bernama Kauman yang
berada di sekitar masjid. Orang-orang yang beragama Protestan dan Katolik
berkelompok sebagai jemaah dalam suatu organisasi yang berhubungan dengan
gereja mereka masing-masing.
Penghayataan mereka sedikit bercampur dengan
sejumlah upacara keagamaan yang lebih banyak berbau takhayul daripada tata-cara
yang bisa didekati secara rasional. Ini bisa dijumpai pada upacara-upacara
perkawinan, kelahiran, khitanan dan kematian yang sebagian besar tidak sejalan
dan sukar bisa diterima oleh agama-agama yang percaya pada Tuhan Yang Mahaesa.
·
Sistem
Kemasayarakatan
Dalam
sistem kemasyarakatan, akan dibahas mengenai pelapisan sosial. Dalam sistem
kemasyarakatan Jawa, dikenal 4 tingkatan yaitu Priyayi, Ningrat atau Bendara,
Santri dan Wong Cilik.
-Ningrat atau Bendara adalah kelas tertinggi dalam masyarakat Jawa
-Priyayi ini sendiri konon berasal dari dua kata bahas Jawa, yaitu
“para” dan “yayi” atau yang berarti para kaum terdidik.
-Santri : Golongan ini tidak hanya merujuk kepada seluruh masyarakat
suku Jawa yang beragama muslim, tetapi, lebih mengacu kepada para muslim yang
taat dengan beragama, yaitu para santri yang belajar di pondok-pondok yang
memang banyak tersebar di seluruh daerah Jawa.
-Wong cilik atau golongan masyarakat biasa yang memiliki kasta terendah
dalam pelapisan sosial.
Sistem kemasyarakatan ini kami akan membahas
tentang bentuk desa sebagai kesatuan masyarakat terkecil setelah rt dan rw yang
umum ditemui di masyarakat Jawa.
Desa-desa di Jawa umumnya dibagi-bagi menjadi
bagian-bagian kecil yang disebut dengan dukuh, dan setiap dukuh dipimpin oleh
kepala dukuh. Di dalam melakukan tugasnya sehari-hari, para pemimpin desa ini
dibantu oleh para pembantu-pembantunya yang disebut dengan nama Pamong Desa.
·
Sistem
Pengetahuan ( Pendidikan )
Salah
satu bentuk sistem pengetahuan yang ada, berkembang, dan masih ada hingga saat
ini adalah bentuk penanggalan atau kalender. Bentuk kalender Jawa menurut
kelompok para ahli, adalah salah satu bentuk pengetahuan yang maju dan unik
yang berhasil diciptakan oleh para masyarakat Jawa kuno, karena penciptaanya
yang terpengaruh unsur budaya islam, Hindu-Budha, Jawa Kuno, dan sedikit adanya
pengaruh budaya barat.
·
Sistem
Mata pencaharian hidup & Ekonomi
Tidak ada mata pencaharian yang khas yang
dilakoni oleh masyarakat suku Jawa. pada umumnya, orang-orang disana bekerja
pada segala bidang, terutama administrasi negara dan kemiliteran yang memang
didominasi oleh orang Jawa. selain itu, mereka bekerja pada sektor pelayanan
umum, pertukangan, perdagangan dan pertanian dan perkebunan. Sektor pertanian
dan perkebunan.
Salah
satu yang paling menonjol dibandingkan mata pencaharian lain, karena seperti
yang kita tahu, baik Jawa Tengah dan Jawa Timur banyak lahan-lahan pertanian
yang beberapa cukup dikenal, karena memegang peranan besar dalam memasok
kebutuhan nasional, seperti padi, tebu, dan kapas.
Tetapi orang Jawa juga terkenal tidak memiliki
bakat yang menonjol dalam bidang industri dan bisnis seperti halnya keturunan
etnis tionghoa. Hal ini dapat terlihat, bahwa pemilik industri berskala besar
di Indonesia, kebanyakan dimiliki dan dikelola oleh etnis Tionghoa.
·
Bahasa
Bahasa Lisan
Bahasa Jawa, sebagai bahasa ibu dan bahasa pergaulan
sehari-hari masyarakat suku Jawa, ternyata di dalamnya pun dikenal berbagai
macam tingkatan dan undhak-undhuk basa. Sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu
asing, mengingat beberapa bahas lain yang berada dalam rumpun austronesia pun
dikenal undhak-undhuk dalam berbahasa.
Ketika seseorang berbicara selain harua
memperhatikan kaidah-kaidah tata bahasa, juga masih harus memperhatikan siapa
yang diajak berbicara. Berbicara kepada orang tua maupun kepada anak kecil atau
yang seumuran. Kata-kata atau bahasa yang ditujukan pada orang lain inilah yang
disebut Unggah-unghing bahasa.Unggah-unghing bahasa Jawa antara lain adalah:
a. Basa ngoko:
1) Ngoko lugu
2) Ngoko Andhap
b. Basa madya:
1) Madya ngoko
2) Madya krama
3) Madyatara
c. Basa karma:
1) mudha krama
2) Kramantara
3) Wredha krama
4) krama inggil
5) Krama desa
Bahasa Tulis
Bahasa tulis ini biasa disebut dengan huruf
jawa/aksara jawa. Keberadaan huruf Jawa (juga memiliki kemiripan dengan
huruf Sunda, Bali, dan sasak) yang dikenal sekarang ini.
Huruf Jawa atau lebih dikenal dengan huruf honocoroko ini
terdiri dari 20 huruf, dimana setiap huruf nya memiliki makna tersendiri,
diantaranya:
HA NA CA RA KA:
Ha: Hurip = hidup
Na: Legeno = telanjang
Ca: Cipta = pemikiran, ide ataupun kreatifitas
Ra: Rasa = perasaan, qalbu, suara hati atau hati nurani
Ka: Karya = bekerja atau pekerjaan.
Ha: Hurip = hidup
Na: Legeno = telanjang
Ca: Cipta = pemikiran, ide ataupun kreatifitas
Ra: Rasa = perasaan, qalbu, suara hati atau hati nurani
Ka: Karya = bekerja atau pekerjaan.
DA TA SA WA LA
DA TA SA WA LA (versi pertama):
Da: Dodo = dada
Ta: Toto = atur
Sa: Saka = tiang penyangga
Wa: Weruh = melihat
La: lakuning Urip = (makna) kehidupan.
Da: Dodo = dada
Ta: Toto = atur
Sa: Saka = tiang penyangga
Wa: Weruh = melihat
La: lakuning Urip = (makna) kehidupan.
DA TA SA WA LA (versi kedua):
Da-Ta (digabung): dzat = dzat
Sa: Satunggal = satu, Esa
Wa: Wigati = baik
La: Ala = buruk
PA DHA JA YA NYA = Sama kuatnya (tidak diartikan per huruf).
Da-Ta (digabung): dzat = dzat
Sa: Satunggal = satu, Esa
Wa: Wigati = baik
La: Ala = buruk
PA DHA JA YA NYA = Sama kuatnya (tidak diartikan per huruf).
MA GA BA THA NGA :
Ma: Sukma = sukma, ruh, nyawa
Ga: Raga = badan, jasmani
Ba-Tha: bathang = mayat
Nga: Lungo = pergi
Ma: Sukma = sukma, ruh, nyawa
Ga: Raga = badan, jasmani
Ba-Tha: bathang = mayat
Nga: Lungo = pergi
·
Kesenian
Kesenian
yang terdapat dalam kebudayaan Jawa sangat beraneka ragam, mulai dari
tari-tarian, lagu daerah, wayang orang, dan juga wayang kulit, serta masih ada
berbagai macam kesenian lainya.
Yang pertama adalah tari-tarian. Dalam bahasa Jawa, tari disebut dengan kata beksa yang berasal dari kata “ambeg” dan “esa” kata tersebut mempunyai maksud dan pengertian bahwa orang yang akan menari haruslah benar-benar menuju satu tujuan, yaitu meyerahkan seluruh jiwanya pada tarian. Pada mulanya orang jawa mulai membuat seni seperti cincin, kalung, gelang, patung-patung kecil dan lain-lain. Awal mulanya hasil karya yang dibuat oleh orang jawa dipakai untuk peralatan upacara persembahan kepada yang gaib.
Yang pertama adalah tari-tarian. Dalam bahasa Jawa, tari disebut dengan kata beksa yang berasal dari kata “ambeg” dan “esa” kata tersebut mempunyai maksud dan pengertian bahwa orang yang akan menari haruslah benar-benar menuju satu tujuan, yaitu meyerahkan seluruh jiwanya pada tarian. Pada mulanya orang jawa mulai membuat seni seperti cincin, kalung, gelang, patung-patung kecil dan lain-lain. Awal mulanya hasil karya yang dibuat oleh orang jawa dipakai untuk peralatan upacara persembahan kepada yang gaib.
Macam-macam seni kebudayaan Jawa antara lain adalah:
1.
Seni
Bangunan
Bentuk
bangunan candi merupakan perkembangan bentuk seni”Cungkup” dengan mengenalkan
bentuk dasar “meru” yaitu penggayaan bentuk gunung Mahameru atau gunung
Himalaya sebagai tempat bersemayam para dewa. Bentuk meru pada candi
berpengaruh pada bentuk, atap rumah yang disebut rumah “joglo". Rumah
joglo adalah rumah yang beratap meru. Atap meru sering dibuat bersusun yang
disebut “tumpang” dengan “soko guru”di dalamnya. Soko guru adalah empat buah
tiang pokok di tengah-tengah banguan rumah jawa.
2.
Seni
Pahat
Seni
ukir Jepara banyak digunaka pada perabot rumah tangga, daerah Jepara dan
sekitarnya banyak mengahasilkan kayu jati sebagai bahan bakunya, gaya seni ukir
Jepara luwes dan cantik.
3.
Seni
Kria Batik
Tempat-tempat yang masyarakat memproduksi kain batik sandang melahirkan
corak batik tersendiri seperti batik corak Banyumasan , batik corak Wonogiri,
batik corak Mataram, batik corak Lasem dan sebagainya. Di Jawa Timur juga
muncul beberapa corak batik seperti batik corak Ponorogo, Tulungagung dan
lain-lainnya.
·
Seni
musik dan seni tari
1.
Seni musik
Orang jawa menyebut tangga nada gamelan
disebut “raras”. Raras artinya adalah hati atau rasa. Orang jawa sering
mengucapkan kata “raras” dengan “laras”. Ada dua macam “raras” gamelan, yaitu
raras “sledro” dan raras “pelog”
2.
Seni
Tari
Srimpi,
Bedaya, Gambyong, Wireng, Prawirayuda, Wayang-Purwa Mahabarata-Ramayana. Yang
khusus di Mangkunegaran disebut Tari Langendriyan, yang mengambil ceritera
Damarwulan, Tari Bondan, Tari Topeng, Kuda Lumping (Jaran Kepang) dari
Temanggung, Lengger dari Wonosobo.
3.
Wayang
Wayang
dalam bentuk yang asli merupakan kreasi budaya orang Jawa yang berisi berbagai
aspek kebudayaan Jawa. Wayang sudah ada jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu
ke Indonesia. Pada jaman Neolitikum pertunjukan wayang awalnya terdiri atas
upacara-upacara keagamaan yang berlangsung di malam hari untuk persembahan
kepada “Hyang”Jenis wayang :
Wayang kulit dan wayang wong/orang
·
Sistem
teknologi & peralatan
Sistem yang timbul karena manusia mampu
menciptakan barang – barang dan sesuatu yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan
hidup dan membedakan manusia dengam makhluk hidup yang lain. Sistem Sistem
peralatan hidup atau teknologi ini terbagi menjadi 3 bagian: yaitu sistem
bangunan, sistem transportasi, sistem logam.
1.
Sistem
Bangunan
Ada
beberapa jenis rumah yang dikenal oleh masyarakat suku Jawa,
diantaranya adalah rumah limasan, rumah joglo, dan rumah serotong. Ada beberapa jenis
rumah yang dikenal oleh masyarakat suku Jawa, diantaranya adalah rumah limasan,
rumah joglo, dan rumah serotong. Umumnya rumah di daerah Jawa menggunakan bahan
batang bambu, glugu (batang pohon nyiur), dan kayu jati sebagai kerangka atau
pondasi rumah. Sedangkan untuk dindingnya, umum digunakan gedek atau anyaman
dari bilik bambu, seiring dengan perkembangan zaman, banyak juga yang telah
menggunakan dinding dari tembok. Atap pada umumnya terbuat dari anyaman kelapa
kering (blarak) dan banyak juga yang menggunakan genting.
2.
Transportasi
a.
Kapal
Jung
Kapal
Jung Jawa adalah teknologi kapal raksasa buatan orang –orang jawa.Berdasarkan
relief kapal di Candi Borobudur membuktikan bahwa sejak dulu nenek moyang kita
telah menguasai teknik pembuatan kapal.
b.
Andong/delman/dokar
Andong
merupakan salah satu alat transportasi tradisional di Solo dan Yogyakarta dan
daerah-daerah di sekitarnya, seperti Klaten, Karanganyar, Boyolali, Sragen, dan
Sukoharjo. Keberadaan Andong sebagai salah satu warisan budaya Jawa memberikan
ciri khas kebudayaan tersendiri yang hingga kini masih terus dilestarikan,
khususnya di Solo. keberadaan Andong di Solo difungsikan sebagai alat
transportasi pengangkut barang-barang dagangan ibu-ibu dari pedesaan menuju
pasar-pasar tujuan. Selain berfungsi sebagai media pengangkut barang dagangan
pasar, Andong juga tidak jarang berfungsi sesuai dengan aslinya sebagai alat
transportasi umum bagi masyarakat di Solo dan sekitarnya.
3.
Logam
Keris
adalah kecanggihan teknologi penempaan logam Teknologi logam sudah lama
berkembang sejak awal masehi di nusantara.
0 komentar:
Posting Komentar