Suku Betawi adalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang penduduknya umumnya
bertempat tinggal di Jakarta. Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku
asli yang menghuni Jakarta dan bahasa Melayu Kreol yang digunakannya, dan
juga kebudayaan Melayunya. Sejumlah pihak berpendapat bahwa Suku Betawi
berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa pada masa lalu. Secara
biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum
berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke
Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya
terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari
perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di
Jakarta, seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Arab, Bali, Bugis, Makassar,
Ambon, dan Tionghoa.
Keberadaan budaya Betawi termasuk kesenian tradisionalnya merupakan asset
wisata. Kebudayaan tersebut terdiri dalam beragam bentuk seperti
tari-tarian, teater, nyanyian, musik, dan sebagainya. Meskipun bahasa
formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal
atau bahasa percakapan sehari-hari yang digunakan adalah Bahasa Indonesia
dialek Betawi. Dialek Betawi sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu dialek
Betawi tengah dan dialek Betawi pinggir. Dialek Betawi tengah umumnya
berbunyi "é" sedangkan dialek Betawi pinggir adalah "a". Dialek Betawi
pusat atau tengah seringkali dianggap sebagai dialek Betawi sejati, karena
berasal dari tempat bermulanya kota Jakarta.
Kesenian Betawi sangat dipengaruhi oleh kesenian Barat, Tionghoa, Arab,
Melayu, dan Sunda. Akan tetapi, bagaimanapun kuatnya pengaruh tersebut,
aura kesenian yang dihasilkan tetap khas budaya Betawi.
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi
DKI Jakarta, ada empat kesenian khas Betawi yang paling populer dan
dijadikan tradisi menyambut tamu negara. Empat kesenian itu adalah
Ondel-ondel, Tanjidor, Tari Blenggo, dan Tari Lenggang Nyai.
Ondel-ondel adalah manekin raksasa yang tak dapat dipisahkan dari budaya
Betawi dan Ikon Jakarta. Tingginya sekitar 2 meter. Ondel-ondel biasanya
tampil berpasangan, sang pria mengenakan topeng merah dengan kumis dan
cambang serta pakaian berwarna gelap. Sementara si wanita bertopeng putih
dengan gincu merah dan menggunakan pakaian berwarna terang. Keduanya
dilengkapi hiasan kepala khas Melayu bernama Kembang Kelapa. Agar bisa
dimainkan dan tampak hidup, ondel-ondel dibuat dari rangka bambu yang
memungkinkan orang membawanya dari dalam. Ondel-ondel biasanya ditampilkan
pada sebuah arak-arakan dalam sejumlah acara, seperti pernikahan atau
sunatan. Arak-arakan semakin meriah karena ada irama tanjidor atau gambang
kromong yang mengiringinya.
Musik Tanjidor Betawi ternyata dilahirkan dari perkebunan Belanda yang
terletak di pinggiran Batavia seperti Depok, Cibinong, Bogor, Bekasi, dan
Tangerang. Yang memainkannya adalah budak-budak seraya mempersembahkan
pertunjukan untuk menir-menir Belanda. Saat perbudakan dihapus pada abad
ke-19, kelompok tanjidor tetap bermusik dengan cara mengamen demi
mendapatkan penghasilan. Pengaruh Eropa tampak jelas dari penggunaan alat
musik seperti terompet, bas, klarinet, dan simbal. Saat ini tandijor sudah
melebur dengan musik tradisional Melayu, yaitu gembang kromong yang
menggunakan rebana, beduk, gendang, kempul, dan masih banyak lagi.
Tarian belenggo biasa ditarikan oleh para penari pria di tengah-tengah para
pemain musik. Gerakan tari belenggo merupakan perpaduan antara tari dan
silat yang lebih banyak menampilkan gerak langkah dan membungkuk. Gerak
tari belenggo diambil dari gerak dasar pencak silat sehingga seorang penari
belenggo juga harus menguasai ilmu pencak silat. Panjang atau pendeknya
tari belenggo bergantung pada jurus-jurus yang dikuasai oleh sang penari,
apabila ia menguasai jurus-jurus silat Cimande maka gerakan-gerakan tari
yang akan ia tampilkan juga akan serba pendek tapi bila si penari menguasai
silat Cikalong maka gerak tari yang akan ia peragakan juga panjang.
Tari Lenggang Nyai adalah salah satu kesenian tari masyarakat Betawi di
Jakarta yang terinspirasi dari kisah hidup Nyai Dasimah. Menurut
sejarahnya, Tari Lenggang Nyai ini di ciptakan oleh seorang seniaman tari
dari Yogyakarta bernama Wiwik Widiastuti. Karena kecintaannya pada kesenian
tari di Indonesia dan kebudayaan Betawi membuat seniman ini menciptakan
sebuah kreasi tarian baru berlatar belakang cerita rakyat Betawi yaitu
cerita Nyai Dasimah. Nama Tari Lenggang Nyai sendiri berasal dari kata
“lenggang” yang berarti “melengak – lengok” dan kata “nyai” yang di ambil
dari cerita Nyai Dasimah.
Tari Lenggang Nyai |
Selain keempat kesenian tersebut, masih banyak lagi macam-macam kesenian
lainnya. Selain seni tari, Betawi juga memiliki budaya dan kesenian lainnya
seperti seni musik, seni peran, dan cerita rakyat.
Beberapa contoh seni musik Betawi yaitu Keroncong, Gambang kromong, dan
Rebana.Sedangkan beberapa jenis seni tari Betawi yaitu Tari samrah, Tari
cokek, Tari zapin, Tari topeng betawi, Tari blenggo, Tari yapong, dan Tari
cokek. Lalu beberapa jenis seni peran Betawi yaitu Lenong, Tonil, Shahibul
Hikayat (teater tutur), Gambang Rancang (teater tutur), dan Wayang Kulit
Betawi.
Ada pula berbagai macam cerita rakyat Betawi yang cukup melegenda di
kalangan masyarakat luas yakni Si Pitung (jawara Betawi), Nyai Dasima,
Murtado Macan Kemayoran, dan Si Jampang (jawara Betawi).
Adat Betawi tentunya memiliki baju adat khas Betawi yang berbeda untuk
perempuan dan laki-laki. Pakaian adat laki-laki orang Betawi berupa tutup
kepala yang biasa disebut dengan destar atau liskol. Baju jasnya menutup
leher (jas tutup) dan mengenakan celana panjang batik. Selembar kain batik
atau lockan melingkar pada bagian pinggang dan sebilah belati diselipkan di
depan perut. Sedangkan adat wanitanya berupa kebaya dilengkapi selendang
panjang nan menutup kepala serta kain batik.
Berbeda dengan baju adat pengantin pria yang terdiri dari sorban, jubah
panjang, dan celana panjang. Komposisi ini banyak dipengaruhi kebudayaan
Arab. Baik pengantin pria maupun pengantin wanita mengenakan terompah (alas
kaki). Motifnya banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Arab. Kebudayaan China
lebih mempengaruhi baju adat pengantin wanita. Si pengantin tampak anggun
mengenakan yangko (penutup muka), dengan pakaian model encim dan rok
panjang. Tampak peniti rante dan ikat pinggang dari bahan emas atau perak
melengkapi busana.
Untuk hidangan khas tentu lah Betawi juga punya miliknya sendiri, yakni Bir
Pletok yang terkenal di kalangan masyarakat luas. Bir pletok ialah minuman
unik orang Betawi. Minuman yang diadopsi dari barat ini memiliki cita rasa
tersendiri. Bir peletok berbahan dasar jahe, bisa menghangatkan dan
menyehatkan badan. Disebut bir pletok, sebab syahdan saat dimasak bir ini
mengeluarkan bunyi "pletak-pletok". Sementara jenis makanan tradisional
khas etnik Betawi di antaranya sayur babanci (sayur 1.000 bumbu),
gado-gado, geplak, dan kerak telor.
Sumber:
- http://www.binasyifa.com/009/92/26/ragam-adat-dan-budaya-betawi.htm
- http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Aneka_Kesenian_Betawi
- https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi
- http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Tari_Blenggo
- http://www.negerikuindonesia.com/2015/04/tari-lenggang-nyai-tarian-tradisional.html
0 komentar:
Posting Komentar