TUGAS 2 ILMU BUDAYA DASAR
DYAH ALIA FAHRANA FILDZAHANI
1TB03
22316228
KEBUDAYAAN
Kebudayaan berasal dari (bahasa Sanskerta) yaitu
"buddayah" yang merupakan bentuk jamak dari kata "budhi" yang berarti budi atau akal.
Kebudayaan diartikan sebagai "hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau
akal". Pengertian Kebudayaan secara umum adalah hasil
cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks
yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat dan setiap
kecakapan, dan kebiasaan.
Indonesia
adalah salah satu negara yang kaya akan ragam budayanya. Perbedaan budaya
ini menjadikan kita bangsa yang unik dengan motto Bhineka Tunggal Ika “walau berbeda tetapi tetap satu jua”.
Tidak sulit menjumpai warna-warni budaya Indonesia, apalagi jika lokasi
tempat tinggal Kita adalah daerah multietnis seperti kota Depok.
KEBUDAYAAN KOTA DEPOK
Kota Depok, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat,
Indonesia.Kota ini terletak tepat di selatan Jakarta, yakni antara
Jakarta-Bogor. Kata Depok sendiri berasal dari kata dalam bahasa Sunda yang
berarti pertapaan atau tempat bertapa. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa
kata Depok merupakan sebuah akronim dari De Eerste Protestants Onderdaan Kerk
yang artinya adalah Gereja Kristen Rakyat Pertama.
Depok
dahulu adalah kota kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bogor, yang kemudian
mendapat status kota administratif pada tahun 1982. Sejak 20 April 1999, Depok
ditetapkan menjadi kotamadya (sekarang: kota) yang terpisah dari Kabupaten
Bogor. Kota Depok terdiri atas 11 kecamatan,yang dibagi menjadi 63 kelurahan.
Nama-nama Kecamatan dan Kelurahan di Kota Depok ini sampai tahun 2010 merupakan
warisan budaya (Cultural Heritage) produk sosial masyarakat kota Depok, baik
yang memiliki:
1.
Nilai Lokal (penamaan dengan bahasa Betawi)
2.
Nilai Regional (penamaan bahasa
Banten, Jawa, dan Sunda)
3.
Nasional (penamaan Bahasa Indonesia)
4.
Internasional (penamaan dengan menggunakan bahasa Sanskerta,
Latin; misal Tapos).
Dari
pengidentifikasian bahasa setidaknya ada tujuh asal bahasa yang digunakan
sebagai bahan penamaan Kecamatan maupun Kelurahan di Kota Depok dan jika
dipaksakan ditambah satu bahasa lagi yaitu Bahasa Belanda untuk Akronim nama
Depok sendiri (masa kolonial).Dari sisi pembentukan kata untuk memberi nama
kecamatan atau kelurahan, masyarakat Depok lebih banyak terbukti menggunakan
nama-nama yang tersusun dari banyak kata (bentuk Jamak) dibandingkan nama-nama
dengan kata tunggal.
Dan
ciri yang lain yaitu tradisi penamaan kecamatan dan kelurahan di Kota Depok
lebih banyak menyukai nama-nama berdasar fenomena fisik geografis (Natural,
Abiotik) dibandingkan penamaan atas dasar biodiversitas (flora, maupun atas
dasar fenomena sosial dan walaupun Depok termasuk kedalam wilayah atau Provinsi
Jawa Barat tapi bahasa yang digunakan di daerah Depok adalah bahasa Betawi
karena kebanyakan orang Depok adalah orang pindahan atau migrasi dari Jakarta. Suku
Betawi itu sendiri berasal dari hasil perkawinan antar etnis dan bangsa di masa
lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah
keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsayang didatangkan oleh
Belanda ke Batavia.
Apa
yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru
di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis
lain yangsudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab,
Bali,Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa.Seni dam Kebudayaan Budaya Jakarta
merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuranbudaya dari beragam etnis. Sejak
zaman Belanda, Jakarta merupakan ibukota Indonesia yang menarik pendatang dari
dalam dan luar Nusantara.
Suku-suku
yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak,dan Bugis. Selain
dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar,
seperti budaya Arab, Tiongkok, India, danPortugis.Suku Betawi sebagai penduduk
asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari
Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan
provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari
Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah
cagar budaya di Situ Babakan.
BAHASA
SUKU BETAWI
Sifat
campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara
umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang
berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing. Ada juga
yang berpendapat bahwa suku bangsa yang mendiami daerah sekitar Batavia juga
dikelompokkan sebagai suku Betawi awal (proto Betawi). Menurut sejarah,
Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau Sunda Kalapa, pernah
diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena
itu, tidak heran kalau etnis Sunda di pelabuhan Sunda Kalapa, jauh sebelum
Sumpah Pemuda, sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di
Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.
PERILAKU DAN SIFAT SUKU BETAWI
Asumsi
kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yangberhasil, baik dalam
segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak sedikit orang Betawi
yang berhasil. Beberapa dari mereka adalah Muhammad Husni Thamrin, Benyamin Sueb,
dan Fauzi Bowo yang menjadi Gubernur Jakarta saat ini. Ada beberapa hal yang
positif dari Betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun
kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebihdan cenderung tendensius.
Orang
Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran
orangtua (terutama yang beragama Islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi
sangat menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara
masyarakatBetawi dan pendatang dari luar Jakarta.Orang Betawi sangat
menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga
yang mesih memainkan lakon atau kebudayaanyang diwariskan dari masa ke masa
seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.
KESENIAN
KOTA DEPOK
Sebagian besar warga Depok pasti mengetahui sebuah tugu yang berada di daerah tanah baru, Depok. Tugu itu terletak pada sebuah persimpangan jalan, sehingga jangan heran ketika tugu tersebut menjadi sebuah patokan untuk menunjukan wilayah Tanah Baru. Namun, sedikit orang yang mengetahui apa sebenarnya Tugu tersebut, Tugu tersebut merupakan Tugu Gong Si Bolong. Dimana, terdapat replika Gong si Bolong diatas tugu tersebut. Gong si Bolong pun sekarang menjadi nama dari kelompok kesenian khas kota Depok. Tak tanggung-tanggung kelompok kesenian ini pernah memenangkan juara 1 dalampagelaran kesenian Jawa Barat Travel Exchange 2008.
Sebagian besar warga Depok pasti mengetahui sebuah tugu yang berada di daerah tanah baru, Depok. Tugu itu terletak pada sebuah persimpangan jalan, sehingga jangan heran ketika tugu tersebut menjadi sebuah patokan untuk menunjukan wilayah Tanah Baru. Namun, sedikit orang yang mengetahui apa sebenarnya Tugu tersebut, Tugu tersebut merupakan Tugu Gong Si Bolong. Dimana, terdapat replika Gong si Bolong diatas tugu tersebut. Gong si Bolong pun sekarang menjadi nama dari kelompok kesenian khas kota Depok. Tak tanggung-tanggung kelompok kesenian ini pernah memenangkan juara 1 dalampagelaran kesenian Jawa Barat Travel Exchange 2008.
Sejarah Gong si Bolong ini pun tergolong unik, karena juga
merupakan sebuah cerita/legenda dari masyarakat Depok. Monitor Depok, sebuah harian
lokal kota Depok, pada tanggal 10 Juli 2008 pernah menuliskan artikel terkait
sejarah munculnya Gong si Bolong ini. Kisah ini di mulai abad ke 16, saat itu Kampung Tanah Baru
masih lebih banyak hutan dan rawa, dimana penduduknya sangat sedikit dan umumnya
bertani. Di Kampung Tanah Baru tersebut kerap kali terdengar bunyi-bunyian
suara Gamelan di malam hari, namun ketika sumber dari suara tersebut dicari tak
satu pun orang yang dapat menemukannya.
Di tahun 1648, Seorang warga bernama
Pak Jimin menemukan sumber bunyi tersebut, yang ternyata memang seperangkat
gamelan. Namun ternyata tidak ada orang yang memainkannya. Lokasi penemuannya adalah
di sekitar curug Agung di aliran sungai krukut. Pak jimin pun hanya sanggup
membawa sebuah gong yang bolong di tempat pukulnya, gendang,dan bende. Ketika
Pak Jimin kembali lagi bersama beberapa tetangganya untuk menggambil sisa
perangkat gamelan itu, ternyata perangkat gamelan lainnya sudah raib. Ketiga
alat musik tersebut akhirnya diberi nama Si Gledek, karena bunyinya yang
nyaring.
MENJADI KESENIAN KHAS DEPOK
Gong si Bolong, baru dilengkapi sehingga menjadi satu set gamelan yang bisa dimainkan ketika berada di tangan Pak Tua Galung (Pak Jerah). Pak jerah melengkapinya dengan satu set gendang, dua set saron, satu setkromong, satu set kedemung, satu set kenong, terompet, bende serta gongbesar. Ini pula yang menandai terbentuknya Kelompok Kesenian Gong si Bolong.
Gong si Bolong, baru dilengkapi sehingga menjadi satu set gamelan yang bisa dimainkan ketika berada di tangan Pak Tua Galung (Pak Jerah). Pak jerah melengkapinya dengan satu set gendang, dua set saron, satu setkromong, satu set kedemung, satu set kenong, terompet, bende serta gongbesar. Ini pula yang menandai terbentuknya Kelompok Kesenian Gong si Bolong.
Kelompok Kesenian ini ketika tampil menampilkan serangkaian pertunjukan antara lain ajeng, ngayuban, dan ngbing. Ajeng, adalah permainan gamelan khas Depok, yang dentumannya mirip gamelan Bali. Kesenian Gong si Bolong, telah menjadi kesenian khas Depok. Terlepas benar atau tidak legenda penemuannya, kesenian ini patut dilestarikan sebagai salah satu kesenian khas budaya Depok.
SUMBER:
0 komentar:
Posting Komentar