NAMA : RATIH
TRISNA WATI
NPM :
26316099
KELAS : 1TB03
TUGAS
MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR (IBD)
, KEBUDAYAAN ASAL
DOSEN : RIZQI INTAN
SARI NUGRAHENI
JURUSAN : ARSITEKTUR
PROVINSI BENGKULU
Di wilayah Bengkulu pernah berdiri
kerajaan-kerajaan yang berdasarkan etnis seperti Kerajaan Sungai Serut,
Kerajaan Selebar, Kerajaan Pat Petulai, Kerajaan Balai Buntar, Kerajaan Sungai
Lemau, Kerajaan Sekiris, Kerajaan Gedung Agung, dan Kerajaan Marau Riang. Di
bawah Kesultanan Banten, mereka menjadi vazal. Sebagian wilayah Bengkulu, juga
pernah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Inderapura semenjak abad ke-17.
British East India Company (EIC) sejak
1685 mendirikan pusat perdagangan lada Bencoolen/Coolen yang berasal dari
bahasa inggris "Cut Land" yang berarti tanah patah wilayah ini adalah
wilayah patahan gempa bumi yang paling aktif di dunia dan kemudian gudang
penyimpanan di tempat yang sekarang menjadi Kota Bengkulu. Saat itu, ekspedisi
EIC dipimpin oleh Ralph Ord dan William Cowley untuk mencari pengganti pusat
perdagangan lada setelah Pelabuhan Banten jatuh ke tangan VOC, dan EIC dilarang
berdagang di sana. Traktat dengan Kerajaan Selebar pada tanggal 12 Juli 1685
mengizinkan Inggris untuk mendirikan benteng dan berbagai gedung perdagangan.
Benteng York didirikan tahun 1685 di sekitar muara Sungai Serut.
Sejak tahun 1713, dibangun benteng
Marlborough (selesai 1719) yang hingga sekarang masih tegak berdiri. Namun,
perusahaan ini lama kelamaan menyadari tempat itu tidak menguntungkan karena
tidak bisa menghasilkan lada dalam jumlah mencukupi.
Sejak dilaksanakannya Perjanjian London
pada tahun 1824, Bengkulu diserahkan ke Belanda, dengan imbalan Malaka
sekaligus penegasan atas kepemilikan Tumasik/Singapura dan Pulau Belitung). Sejak
perjanjian itu Bengkulu menjadi bagian dari Hindia Belanda. Penemuan deposit
emas di daerah Rejang Lebong pada paruh kedua abad ke-19 menjadikan tempat itu
sebagai pusat penambangan emas hingga abad ke-20. Saat ini, kegiatan
penambangan komersial telah dihentikan semenjak habisnya deposit.
Pada
tahun 1930-an, Bengkulu menjadi tempat pembuangan sejumlah aktivis pendukung
kemerdekaan, termasuk Sukarno. Pada masa inilah Sukarno berkenalan dengan
Fatmawati yang kelak menjadi istrinya.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Bengkulu
menjadi keresidenan dalam provinsi Sumatera Selatan. Baru sejak tanggal 18
November 1968 ditingkatkan statusnya menjadi provinsi ke-26 (termuda sebelum
Timor Timur).
Macam
macam kebudayaan Bengkulu:
1.
Rumah Adat Bengkulu
Rumah adat daerah Bengkulu dinamakan
Rumah Rakyat. Rumah Rakyat merupakan rumah panggung yang terdiri dari 3 kamar
yaitu, kamar orang tua, kamar gadis, dan kamar bujang. Kolong dibawahnya untuk
pb penyimpanan kayu dapur dan barang lainnya. Pada pintu masuk ruang tengah
terdapat gambar Buraq, pertanda ketangguhan hati penduduknya menjalankan agama
islam.
Rumah Rakyat terbuat dari kayu meranti
dan dilengkapi dengan tangga masuk dari semen. Pada tiang depan rumah disebalah
kiri biasanya terdapat tanduk kerbau. Hal ini menunjukkan bahwa yang punya
runah pernah mengadakan upacara atau pesta perkawinan. Jumlah tanduk sesuai
pula dengan banyaknya upacara atau pesta yang telah diadakan. Daerah bengkulu
memiliki rumah adat yang indah dan menawan yang memperlihatkan keindahan serta
corak-corak rumah yang sangat indah.
2.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu, Rejang Lebong, Enggano.
3.
Pakaian tradisional
Pakaian adat yang dipakai kaum pria dari
daerah Bengkulu adalah mahkota deangan gunjai-gunjainya (pita) serta baju model
jas tertutup. Ia juga memakai kalung bersusun, kain songket yang melingkar di
pinggang dan celana sebatas lutut.
Sedangkan wanitanya memakai baju kurung
yang disuji dan berkain songket. Ia juga memakai mahkota, kalung bersusun serta
gelang pada kedua belah tangan. Pakaian ini dipakai untuk upacara pernikahan.
4.
Kerajinan tradisional
Kerajinan tradisional yang ada di
Bengkulu adalah kerajinan Batik. Batik yang ada di Bengkulu ini sama seperti
batik-batik yang ada di Jawa dan sekitarnya yang mana menghasilkan beragam
batik dan menjadi ciri khas dari Indonesia. Tetapi tetap berbeda dengan batik
jawa, batik jawa identik dengan warna coklat, kuning, merah, hijau, dan biru.
sedangkan batik besurek memiliki warna yang lebih cerah dan beragam. Batik yang
di maksud adalah Batik Besurek. Batik Besurek adalah kain batik asli Bengkulu
yang merupakan element Budaya Bengkulu, motif utama batik Besurek adalah huruf
kaligraf atau kain batik yang dihiasi dengan huruf-huruf Arab Gundhul. Di
beberapa kain, terutama untuk upacara adat, kain ini memang bertuliskan huruf
Arab yang bisa dibaca. Tetapi, sebagian besar hanya berupa hiasan mirip huruf
Arab atau yang di sebut tadi dengan Arab Gundhul.
5.
Tarian tradisional begkulu
1) Tari Andun dari Bengkulu Selatan ini
merupakan sebuah tarian guna menyambut para tamu yang dihormati.
2) Tari Bidadari Teminang Anak, dapat pula diartikan bidadari meminang anak. Tari adat ini berasal dari Rejang Lebong.
3) Tari Lanan Belek, tari ini diangkat berdasarkan cerita rakyat tentang seorang bidadari yang terpaksa tertinggal, karena saat lagi mandi bersama-sama temannya yang lain selendangnya diambil orang. Suatu saat selendangnya ditemukan kembali dan bidadari tersebut kembali pulang meninggalkan si pemuda yang mendendam rindu.
2) Tari Bidadari Teminang Anak, dapat pula diartikan bidadari meminang anak. Tari adat ini berasal dari Rejang Lebong.
3) Tari Lanan Belek, tari ini diangkat berdasarkan cerita rakyat tentang seorang bidadari yang terpaksa tertinggal, karena saat lagi mandi bersama-sama temannya yang lain selendangnya diambil orang. Suatu saat selendangnya ditemukan kembali dan bidadari tersebut kembali pulang meninggalkan si pemuda yang mendendam rindu.
6.
Budaya Bunker Coa Sako
Budaya Bunker Coa Sako adalah sebuah
Cagar Budaya berbentuk sebuah bunker atau tempat perlindungan di bawah tanah
yang dibangun pada jaman penjajahan Inggris di Bengkulu. Bangunan bunker
berjumlah 3 ruangan yang ruangannya tidak saling berhubungan antara satu dengan
lainnya. Situs yang berkepemilikan adalah milik pribadi atas nama ajisul ini
sangat memprihatinkan karena terbengkalai dan tak terurus karena tidak
mendapatkan perhatian dari pemerintahan setempat.
7.
Upacara Tabot
Upacara Tabot merupakan upacara
tradisional masyarakat Bengkulu yang diadakan untuk mengenang kisah kepahlawan
Hussein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad SAW, yang wafat dalam peperangan
di padang Karbala, Irak. Tradisi Tabot dibawa oleh para pekerja Islam Syi‘ah
dari Madras dan Bengali, India bagian selatan, yang dibawa oleh tentara Inggris
untuk membangun Benteng Marlborough (1713—1719). Mereka kemudian menikah dengan
penduduk setempat dan meneruskan tradisi ini hingga ke anak-cucunya.
Upacara Tabot sebenarnya tidak hanya
berkembang di Bengkulu saja, namun juga sampai ke Painan, Padang, Pariaman,
Maninjau, Pidie, Banda Aceh, Meulaboh, dan Singkil. Dalam perkembangannya,
kegiatan Tabot kemudian menghilang di banyak tempat. Saat ini, hanya ada dua
tempat yang melaksanakan upacara ini, yakni Bengkulu dan Pariaman, Sumatra
Barat yang menyebutnya dengan Tabuik.
Tabot sendiri berasal dari kata Arab,
Tabut yang secara harfiah berarti kotak kayu atau peti. Tabot dikenal sebagai
peti yang berisikan kitab Taurat Bani Israil, yang dipercaya jika muncul akan
mendapatkan kebaikan, namun jika hilang akan mendapatkan malapetaka. Saat ini,
Tabot yang digunakan dalam Upacara Tabot di Bengkulu berupa suatu bangunan
bertingkat-tingkat seperti menara masjid, dengan ukuran yang beragam dan
berhiaskan lapisan kertas warna warni.
Pembuatan Tabot harus sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan secara bersama-sama oleh keluarga pemilik Tabot,
keturunan Syekh Burhanudin (Imam Senggolo) yang merupakan pelopor
diperkenalkannya Tabot di wilayah Bengkulu. Terdapat dua kelompok besar
keluarga pemilik Tabot, yakni kelompok Tabot Barkas dan Tabot Bangsal.
Upacara yang pada awalnya digunakan oleh
orang-orang Syi‘ah untuk mengenang gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW ini, sejak
penduduk asli Bengkulu (orang Sipai) lepas dari pengaruh Syi‘ah berubah menjadi
sekadar kewajiban keluarga untuk memenuhi wasiat leluhur mereka. Belakangan,
upacara ini juga dijadikan sebagai bentuk partisipasi orang-orang Sipai dalam
pelestarian budaya tradisional Bengkulu. Sejak 1990, upacara ini dijadikan
agenda wisata Kota Bengkulu, dan kini lebih dikenal sebagai Festival Tabot.
8.
Wisata budaya dan peninggalan sejarah
1)
Benteng Marlborough
Benteng Marlborough dibangun oleh
perusahaan india timur di bawah kepemimpinan Gubernur Joseph Callet. The fort
constitutes the strong fort, Benteng Marlborough berdiri mengahadap selatan dan
memiliki luas 44,100 meter persegi. Benteng ini mempunyai bentuk bangunan abad
18, menyerupai kura-kura. Pintu utamanya dikelilingi parit yang luas dan dapat
dilalui oleh jembatan. Menurut masyarakat sekiotar di benteng itu juga terdapat
pintu keluar bawah tanah yang dulu digunakan pada waktu perang.
2)
Rumah Pengasingan Bung Karno
Pada zaman koloni Belanda(1939-1942),
Soekarno (Yang kemudian menjadi Presiden RI yang pertama) pernah diasingkan di
Bengkulu. Selama dalam pengasingan Soekarno tinggal di rumah yang beralamat di
Anggut Atas dan sekarang dikenal dengan jalan Soekarno-Hatta. Beberapa peralatan,
sepeda, perpustakaan buku-buku, dan yang lainnya yang pernah dimiliki oleh
soekarno disimpan di dalam rumah ini. Selama tinggal di Bengkulu, Soekarno
mendesain masjid, yang sekarang dikenal dengan Masjid Jamik (Jamik Mosque).
3)
Makam Sentot Alibasyah
Terletak di Desa Bajak, Kecamatan Teluk
Segara, Bengkulu. Sentot Alibasyah merupakan salah satu Panglima Pangeran
Dipenegoro yang dikirim ke Bonjol sewaktu Perang Padri.
4)
Rafflesia Arnoldy
Pada masa pemerintahan Inggris, bunga
ini dipopulerkan secara ilmiah oleh Sir Thomas Raffles dan Dr. Arnoldy pada
tahun 1818 di wilayah hutan yang lokasinya terletak di antara Kabupaten
Kepahiang dan Bengkulu Tengah. Bunga ini adalah bunga terbesar di dunia dengan
diameter 100 cm. Bunga ini membutuhkan 6 sampai 8 bulan untuk tumbuh dan 15
hari setelah itu untuk berbunga. Keunikan dari bunga ini adalah tidak adanya
akar, daun dan batang. Tumbuhan ini termasuk parasit kerena tidak adanya
klorofil dan haustoria. Bunga ini sering tumbuh dan ditemukan di Taba Penanjung
I dan Taba Penanjung III (Bengkulu Tengah), daerah di wilayah kabupaten
Kepahiang, dan daerah di wilayah kabupaten Rejang Lebong.
9.
Makanan tradisional
Makanan tradisional Bengkulu adalah,
tempoyak, lema, bagar hiu, kue tat, rebung asam undak
liling, pendap,
Sumber:
- http://nadiaswahedi.blogspot.co.id/2013/03/kebudayaan-dan-kesenian provinsi.html
- https://id.wikipedia.org/wiki/Bengkulu
- http://kharismawahyuningtiyas.blogspot.co.id/2015/10/tentang-budaya-makanan-khasdan-ciri.html
0 komentar:
Posting Komentar