Jumat, 04 November 2016

FUNGSI KELUARGA DALAM UPAYA PENCEGAHAN SERTA PENANGGULANGAN PENGGUNA NARKOBA DAN PENGGOLONGAN MASYARAKAT

FUNGSI KELUARGA DALAM UPAYA PENCEGAHAN SERTA PENANGGULANGAN PENGGUNA NARKOBA

Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai salah satu kesatuan atau unit terkecil masyarakat yang terdapat hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga.

Fungsi Keluarga dalam Upaya Pencegahan serta Penganggulangan Pengguna Narkoba
a.       Fungsi Biologis
ü  Meneruskan / menghasilkan keturunan yang sehat secara psikis dan fisik
ü  Memberikan makanan bagi keluarga dan memenuhi kebutuhan gizi

b.      Fungsi Pemeliharaan
ü  Merawat dan melindungi kesehatan para anggotanya dengan menjauhkan diri dan anggotanya dari narkoba
ü  Memberikan kesempatan untuk berekreasi, co : Selalu sempatkan quality time bersama keluarga, berekreasi, liburan bersama agar terjalinnya hubungan yang baik

c.       Fungsi Ekonomi
ü  Memberikan atau mengisi waktu anak dengan kegiatan yang bermanfaat, co: Les dan ekstrakulikuler
ü  Memenuhi segala kebutuhan anak dalam dunia pendidikan dan passion agar anak menjauhi dunia narkoba, co: kamera, drone untuk mereka yang menyukai fotografi

d.      Fungsi Keagamaan
ü  Pembentukan norma-norma,tingkah laku yang berlandaskan agama pada setiap tahap perkembangan serta kehidupan anggota keluarga

e.       Fungsi Sosial
ü  Adanya pola komunikasi yang baik, secara demokratis dan emosional (dengan perasaan) antara orangtua dan anak.
ü  Saling menghargai sangat dianjurkan bagi hubungan yang baik antara sesame anggota keluarga
ü  Pemberian perhatian ataupun penghargaan dan support

PENGGOLONGAN MASYARAKAT
Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Seperti sekolah, keluarga, anggota, perkumpulan, negara, itu semua adalah masyarakat. Masyarakat terbagi menjadi 2 golongan yaitu:

1.      Masyarakat Sederhana
Dalam lingkungan masyarakat sederhana (primitive) pola pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin. Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, nampaknya berpangkal tolak dari latar belakang adanya kelemahan dan kemampuan fisik antara seorang wanita dan pria dalam menghadapi tantangan-tantangan alam yang buas saat itu.

2.      Masyarakat Maju
Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelompok sosial, atau lebih dikenal dengan sebutan kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan dicapai. Dalam lingkungan masyarakat maju, dapat dibedakan menjadi:

a)      Masyarakat non industri
ü  Kelompok primer
Interaksi antar anggotanya terjadi lebih intensif, erat, akrab. Kelompok ini disebut juga kelompok face to face group. Sifat Interaksi bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati. Pembagian kerja atau pembagian tugas pada kelompok ini dititik beratkan pada kesadaran, tanggung jawab para anggota dan berlangsung atas dasar rasa simpati dan secara sukarela.
ü  Kelompok sekunder
Kelompok ini terpaut saling berhubungan tidak langsung, formal, juga kurang bersifat kekeluargaan. Oleh karena itu sifat interaksi, pembagian kerja, diatur atas dasar pertimbangan-pertimbangan rasional obyektif. Para anggotanya menerima pembagian kerja atas dasar kemampuan/ keahlian tertentu, disamping dituntut target dan tujuan tertentu yang telah ditentukan.

b)      Masyarakat industri
Jika pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat semakin tinggi. Solidaritas didasarkan pada hubungan saling ketergantungan antara kelompok-kelompok masyarakat yang telah mengenal pengkhususan. Otonomi sejenis, juga menjadi ciri dari bagian/ kelompok-kelompok masyarakat industri. Otonomi sejenis dapat diartikan dengan kepandaian/keahlian khusus yang dimiliki seseorang secara mandiri, sampai pada batas-batas tertentu.
Co : ahli mesin, ahli listrik dan ahli dinamo, tukang roti, tukang sepatu,tukang bubut, tukang las, mereka dapat bekerja secara mandiri. Dengan timbulnya spesialisasi fungsional, makin berkurang pula ide-ide kolektif untuk diekspresikan dan dikerjakan bersama. Dengan demikian semakin kompleks pembagian kerja, semakin banyak timbul kepribadian individu. Sudah barang tentu masyarakat sebagai keseluruhan memerlukan derajat integrasi yang serasi. Akan tetapi hanya akan sampai pada batas tertentu, sesuai dengan bertambahnya individualisme. 


Kesenjangan Gender Batasi Hak Perempuan Berteknologi
Gender gap memutus perempuan dari teknologi. Sejak kecil, perempuan tidak berkesempatan sama dengan laki-laki dalam hal teknologi.
Perempuan dan teknologi di India. Negara ini masuk dalam subjek survei korporat Intel mengenai keterbatasan perempuan ke akses teknologi (Thinkstockphoto). Rise up, Change, I'm my own master now I feel as though I have power to do anything (Bangkit, berubah, sekarang sayalah pemegang kendali atas diri saya. Saya merasa seakan punya kekuatan untuk lakukan apa saja).
Beberapa larik di atas merupakan kutipan terambil dari film Girls Rising, yang mengisahkan perjuangan sembilan anak perempuan di penjuru dunia membebaskan diri dari kungkungan kemiskinan, kelaparan melalui edukasi. Laporan riset yang diselenggarakan oleh korporat Intel di negara-negara berkembang menyatakan ada masalah ketidakadilan penggunaan teknologi di tengah masyarakat. Perempuan cenderung terbatas dan tertinggal dalam berteknologi.
Riset yang telah rilis Januari 2013 tersebut berfokus pada empat negara yaitu Mesir, India, Meksiko, Uganda, dan menyurvei 2.200 perempuan dan anak perempuan yang hidup di sana. Hasilnya, rata-rata 25 persen perempuan yang "less online"--tertinggal dalam hal akses internet dibanding kaum laki-laki.
Dikatakan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Indonesia Linda Amalia Gumelar, teknologi berperan memberi peluang untuk mencerdaskan perempuan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka.
Ini disampaikan Linda saat meluncurkan program Intel Indonesia yang didukung Plan Indonesia, Jurnal Perempuan, dan Kementerian PPPA sendiri dalam payung kampanye "Women, Girls and Technology", di Jakarta (25/4). "Program ini adalah komitmen bersama swasta, media, serta pemerintah untuk pengembangan teknologi bagi para perempuan dan anak perempuan," terang Linda.
Deva Rachman, Corporate Affairs Director Intel Indonesia, mengatakan bahwa teknologi terbukti membawa banyak manfaat. Perempuan yang memiliki akses pada internet akan dapat mengakses informasi yang berguna, untuk diri sendiri dan untuk komunitasnya pula.
"Akses berita serta info terkini, keterhubungan, yang lebih mudah membuat hidup lebih produktif. Teknologi ditakuti mengekspoitasi wanita tapi pada praktiknya teknologi yang digunakan bijak bermanfaat sebagai pembelajaran. Kampanye kami bertujuan meningkatan kesadaran itu," kata Deva.
Ia menambahkan, hambatan pokoknya adalah perempuan di negara berkembang tidak memiliki pengetahuan memadai (availability) dan kemampuan membeli (affordability).
Saat ini 66 juta anak perempuan masih tidak mendapat akses untuk pendidikan dasar dan lanjutan. Dan ada sepuluh juta perempuan setiap tahunnya yang terpaksa atau dipaksa untuk menghadapi pernikahan dini. Sebanyak satu dari tujuh anak perempuan di negara berkembang menikah di bawah usia 15 tahun. 
Budaya dan mitos
Fakta global menunjukkan betapa berakar dari faktor sosial budaya patriarki, masih terjadi kesenjangan gender (gender gap) yang akhirnya memutus perempuan dari teknologi. Sejak kecil, anak perempuan tidak diberi kesempatan yang sama seperti anak lelaki dalam sarana teknologi.
Mariana Amiruddin, Direktur Eksekutif dan Pemimpin Redaksi di Jurnal Perempuan, memaparkan, "Di samping budaya, ada juga mitos-mitos gender yang cenderung mengakibatkan ketersingkiran perempuan dari teknologi. Seperti teknologi sebagai bidang yang diminati laki-laki, hingga pandangan perempuan tidak bisa menguasai sains karena secara kodrati tidak bisa berpikir rasional. Itu tidak benar."
Ia membeberkan contoh tokoh-tokoh perempuan di bidang iptek. Antara lain ialah Emmy Noether, ahli matematika jenius yang diakui Albert Einstein kontribusinya pada aljabar abstrak dan fisika teori. Juga Grace Murray Hopper, perempuan yang merancang program komputasi di Harvard.
Sebaliknya, tutur Mariana, sebagai target pasar konsumen perempuan sangat diperhitungkan. "Solusinya yaitu harus ditanamkan bahwa teknologi dibutuhkan dan bisa dikuasai siapa pun karena teknologi adalah sebuah gagasan, ide, penciptaan," ujarnya.
(Gloria Samantha)

Sumber :



Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

About

BTemplates.com

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive