Sabtu, 25 Maret 2017

TUGAS 2 ILMU BUDAYA DASAR: KEBUDAYAAN KOTA DEPOK

TUGAS 2 ILMU BUDAYA DASAR
DYAH ALIA FAHRANA FILDZAHANI
1TB03
22316228

KEBUDAYAAN

Kebudayaan berasal dari (bahasa Sanskerta) yaitu "buddayah" yang merupakan bentuk jamak dari kata "budhi" yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai "hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal". Pengertian Kebudayaan secara umum adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat dan setiap kecakapan, dan kebiasaan. 
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan  ragam budayanya. Perbedaan budaya ini menjadikan kita bangsa yang unik dengan motto Bhineka Tunggal Ika “walau berbeda tetapi tetap satu jua”. Tidak sulit menjumpai warna-warni budaya Indonesia,  apalagi jika lokasi tempat tinggal Kita adalah daerah multietnis seperti kota Depok.

KEBUDAYAAN KOTA DEPOK














Kota Depok, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia.Kota ini terletak tepat di selatan Jakarta, yakni antara Jakarta-Bogor. Kata Depok sendiri berasal dari kata dalam bahasa Sunda yang berarti pertapaan atau tempat bertapa. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa kata Depok merupakan sebuah akronim dari De Eerste Protestants Onderdaan Kerk yang artinya adalah Gereja Kristen Rakyat Pertama.

Depok dahulu adalah kota kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bogor, yang kemudian mendapat status kota administratif pada tahun 1982. Sejak 20 April 1999, Depok ditetapkan menjadi kotamadya (sekarang: kota) yang terpisah dari Kabupaten Bogor. Kota Depok terdiri atas 11 kecamatan,yang dibagi menjadi 63 kelurahan. Nama-nama Kecamatan dan Kelurahan di Kota Depok ini sampai tahun 2010 merupakan warisan budaya (Cultural Heritage) produk sosial masyarakat kota Depok, baik yang memiliki:
1.      Nilai Lokal (penamaan dengan bahasa Betawi)
2.      Nilai Regional (penamaan bahasa Banten, Jawa, dan Sunda)
3.      Nasional (penamaan Bahasa Indonesia)
4.      Internasional (penamaan dengan menggunakan bahasa Sanskerta, Latin; misal Tapos).

Dari pengidentifikasian bahasa setidaknya ada tujuh asal bahasa yang digunakan sebagai bahan penamaan Kecamatan maupun Kelurahan di Kota Depok dan jika dipaksakan ditambah satu bahasa lagi yaitu Bahasa Belanda untuk Akronim nama Depok sendiri (masa kolonial).Dari sisi pembentukan kata untuk memberi nama kecamatan atau kelurahan, masyarakat Depok lebih banyak terbukti menggunakan nama-nama yang tersusun dari banyak kata (bentuk Jamak) dibandingkan nama-nama dengan kata tunggal.

Dan ciri yang lain yaitu tradisi penamaan kecamatan dan kelurahan di Kota Depok lebih banyak menyukai nama-nama berdasar fenomena fisik geografis (Natural, Abiotik) dibandingkan penamaan atas dasar biodiversitas (flora, maupun atas dasar fenomena sosial dan walaupun Depok termasuk kedalam wilayah atau Provinsi Jawa Barat tapi bahasa yang digunakan di daerah Depok adalah bahasa Betawi karena kebanyakan orang Depok adalah orang pindahan atau migrasi dari Jakarta. Suku Betawi itu sendiri berasal dari hasil perkawinan antar etnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsayang didatangkan oleh Belanda ke Batavia.

Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yangsudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali,Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa.Seni dam Kebudayaan Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuranbudaya dari beragam etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan ibukota Indonesia yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara.

Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak,dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, danPortugis.Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.

BAHASA SUKU BETAWI

Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing. Ada juga yang berpendapat bahwa suku bangsa yang mendiami daerah sekitar Batavia juga dikelompokkan sebagai suku Betawi awal (proto Betawi). Menurut sejarah, Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau Sunda Kalapa, pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran kalau etnis Sunda di pelabuhan Sunda Kalapa, jauh sebelum Sumpah Pemuda, sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.

PERILAKU DAN SIFAT SUKU BETAWI

Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yangberhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak sedikit orang Betawi yang berhasil. Beberapa dari mereka adalah Muhammad Husni Thamrin, Benyamin Sueb, dan Fauzi Bowo yang menjadi Gubernur Jakarta saat ini. Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebihdan cenderung tendensius.

Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang beragama Islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakatBetawi dan pendatang dari luar Jakarta.Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaanyang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.

KESENIAN KOTA DEPOK

Sebagian besar warga Depok pasti mengetahui sebuah tugu yang berada di daerah tanah baru, Depok. Tugu itu terletak pada sebuah persimpangan jalan, sehingga jangan heran ketika tugu tersebut menjadi sebuah patokan untuk menunjukan wilayah Tanah Baru. Namun, sedikit orang yang mengetahui apa sebenarnya Tugu tersebut, Tugu tersebut merupakan Tugu Gong Si Bolong. Dimana, terdapat replika Gong si Bolong diatas tugu tersebut. Gong si Bolong pun sekarang menjadi nama dari kelompok kesenian khas kota Depok. Tak tanggung-tanggung kelompok kesenian ini pernah memenangkan juara 1 dalampagelaran kesenian Jawa Barat Travel Exchange 2008.

Sejarah Gong si Bolong ini pun tergolong unik, karena juga merupakan sebuah cerita/legenda dari masyarakat Depok. Monitor Depok, sebuah harian lokal kota Depok, pada tanggal 10 Juli 2008 pernah menuliskan artikel terkait sejarah munculnya Gong si Bolong ini. Kisah ini di mulai abad ke 16, saat itu Kampung Tanah Baru masih lebih banyak hutan dan rawa, dimana penduduknya sangat sedikit dan umumnya bertani. Di Kampung Tanah Baru tersebut kerap kali terdengar bunyi-bunyian suara Gamelan di malam hari, namun ketika sumber dari suara tersebut dicari tak satu pun orang yang dapat menemukannya.

Di tahun 1648, Seorang warga bernama Pak Jimin menemukan sumber bunyi tersebut, yang ternyata memang seperangkat gamelan. Namun ternyata tidak ada orang yang memainkannya. Lokasi penemuannya adalah di sekitar curug Agung di aliran sungai krukut. Pak jimin pun hanya sanggup membawa sebuah gong yang bolong di tempat pukulnya, gendang,dan bende. Ketika Pak Jimin kembali lagi bersama beberapa tetangganya untuk menggambil sisa perangkat gamelan itu, ternyata perangkat gamelan lainnya sudah raib. Ketiga alat musik tersebut akhirnya diberi nama Si Gledek, karena bunyinya yang nyaring.

MENJADI KESENIAN KHAS DEPOK

Gong si Bolong, baru dilengkapi sehingga menjadi satu set gamelan yang bisa dimainkan ketika berada di tangan Pak Tua Galung (Pak Jerah). Pak jerah melengkapinya dengan satu set gendang, dua set saron, satu setkromong, satu set kedemung, satu set kenong, terompet, bende serta gongbesar. Ini pula yang menandai terbentuknya Kelompok Kesenian Gong si Bolong. 


Kelompok Kesenian ini ketika tampil menampilkan serangkaian pertunjukan antara lain ajeng, ngayuban, dan ngbing. Ajeng, adalah permainan gamelan khas Depok, yang dentumannya mirip gamelan Bali. Kesenian Gong si Bolong, telah menjadi kesenian khas Depok. Terlepas benar atau tidak legenda penemuannya, kesenian ini patut dilestarikan sebagai salah satu kesenian khas budaya Depok.













SUMBER:





Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

About

BTemplates.com

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive