FUNGSI KELUARGA DALAM UPAYA PENCEGAHAN
SERTA PENANGGULANGAN PENGGUNA NARKOBA
Keluarga
adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai
salah satu kesatuan atau unit terkecil masyarakat yang terdapat hubungan darah,
ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah yang
dipimpin oleh seorang kepala keluarga.
Fungsi
Keluarga dalam Upaya Pencegahan serta Penganggulangan Pengguna Narkoba
a. Fungsi
Biologis
ü Meneruskan
/ menghasilkan keturunan yang sehat secara psikis dan fisik
ü Memberikan
makanan bagi keluarga dan memenuhi kebutuhan gizi
b. Fungsi
Pemeliharaan
ü Merawat
dan melindungi kesehatan para anggotanya dengan menjauhkan diri dan anggotanya
dari narkoba
ü Memberikan
kesempatan untuk berekreasi, co : Selalu sempatkan quality time bersama keluarga, berekreasi, liburan bersama agar terjalinnya
hubungan yang baik
c. Fungsi
Ekonomi
ü Memberikan
atau mengisi waktu anak dengan kegiatan yang bermanfaat, co: Les dan
ekstrakulikuler
ü Memenuhi
segala kebutuhan anak dalam dunia pendidikan dan passion agar anak menjauhi dunia narkoba, co: kamera, drone untuk
mereka yang menyukai fotografi
d. Fungsi
Keagamaan
ü Pembentukan
norma-norma,tingkah laku yang berlandaskan agama pada setiap tahap perkembangan
serta kehidupan anggota keluarga
e. Fungsi
Sosial
ü Adanya
pola komunikasi yang baik, secara demokratis dan emosional (dengan perasaan) antara
orangtua dan anak.
ü Saling
menghargai sangat dianjurkan bagi hubungan yang baik antara sesame anggota
keluarga
ü Pemberian
perhatian ataupun penghargaan dan support
PENGGOLONGAN MASYARAKAT
Masyarakat
adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan
tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Seperti sekolah, keluarga, anggota,
perkumpulan, negara, itu semua adalah masyarakat. Masyarakat terbagi menjadi 2
golongan yaitu:
1. Masyarakat
Sederhana
Dalam lingkungan masyarakat
sederhana (primitive) pola pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis
kelamin. Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, nampaknya berpangkal tolak
dari latar belakang adanya kelemahan dan kemampuan fisik antara seorang wanita
dan pria dalam menghadapi tantangan-tantangan alam yang buas saat itu.
2. Masyarakat
Maju
Masyarakat maju memiliki
aneka ragam kelompok sosial, atau lebih dikenal dengan sebutan kelompok
organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan
serta tujuan tertentu yang akan dicapai. Dalam lingkungan masyarakat maju,
dapat dibedakan menjadi:
a) Masyarakat
non industri
ü Kelompok
primer
Interaksi antar
anggotanya terjadi lebih intensif, erat, akrab. Kelompok ini disebut juga
kelompok face to face group. Sifat
Interaksi bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati. Pembagian kerja
atau pembagian tugas pada kelompok ini dititik beratkan pada kesadaran,
tanggung jawab para anggota dan berlangsung atas dasar rasa simpati dan secara
sukarela.
ü Kelompok
sekunder
Kelompok ini terpaut
saling berhubungan tidak langsung, formal, juga kurang bersifat kekeluargaan.
Oleh karena itu sifat interaksi, pembagian kerja, diatur atas dasar
pertimbangan-pertimbangan rasional obyektif. Para anggotanya menerima pembagian
kerja atas dasar kemampuan/ keahlian tertentu, disamping dituntut target dan
tujuan tertentu yang telah ditentukan.
b) Masyarakat
industri
Jika
pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat
semakin tinggi. Solidaritas didasarkan pada hubungan saling ketergantungan
antara kelompok-kelompok masyarakat yang telah mengenal pengkhususan. Otonomi
sejenis, juga menjadi ciri dari bagian/ kelompok-kelompok masyarakat industri.
Otonomi sejenis dapat diartikan dengan kepandaian/keahlian khusus yang dimiliki
seseorang secara mandiri, sampai pada batas-batas tertentu.
Co : ahli mesin, ahli listrik dan ahli dinamo, tukang roti,
tukang sepatu,tukang bubut, tukang las, mereka dapat bekerja secara mandiri.
Dengan timbulnya spesialisasi fungsional, makin berkurang pula ide-ide kolektif
untuk diekspresikan dan dikerjakan bersama. Dengan demikian semakin kompleks
pembagian kerja, semakin banyak timbul kepribadian individu. Sudah barang tentu
masyarakat sebagai keseluruhan memerlukan derajat integrasi yang serasi. Akan
tetapi hanya akan sampai pada batas tertentu, sesuai dengan bertambahnya
individualisme.
Kesenjangan
Gender Batasi Hak Perempuan Berteknologi
Gender gap memutus perempuan dari teknologi. Sejak kecil,
perempuan tidak berkesempatan sama dengan laki-laki dalam hal teknologi.
Perempuan dan teknologi di India. Negara ini masuk dalam
subjek survei korporat Intel mengenai keterbatasan perempuan ke akses teknologi
(Thinkstockphoto). Rise up, Change, I'm my own master
now I feel as though I have power to do anything (Bangkit, berubah,
sekarang sayalah pemegang kendali atas diri saya. Saya merasa seakan punya
kekuatan untuk lakukan apa saja).
Beberapa larik di atas merupakan
kutipan terambil dari film Girls Rising, yang mengisahkan
perjuangan sembilan anak perempuan di penjuru dunia membebaskan diri dari
kungkungan kemiskinan, kelaparan melalui edukasi. Laporan riset yang
diselenggarakan oleh korporat Intel di negara-negara berkembang menyatakan ada
masalah ketidakadilan penggunaan teknologi di tengah masyarakat. Perempuan
cenderung terbatas dan tertinggal dalam berteknologi.
Riset yang telah rilis Januari 2013
tersebut berfokus pada empat negara yaitu Mesir, India, Meksiko, Uganda, dan
menyurvei 2.200 perempuan dan anak perempuan yang hidup di sana. Hasilnya,
rata-rata 25 persen perempuan yang "less online"--tertinggal
dalam hal akses internet dibanding kaum laki-laki.
Dikatakan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak (PPPA) Indonesia Linda Amalia Gumelar, teknologi berperan memberi peluang
untuk mencerdaskan perempuan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka.
Ini disampaikan Linda saat meluncurkan program Intel
Indonesia yang didukung Plan Indonesia, Jurnal Perempuan, dan Kementerian PPPA
sendiri dalam payung kampanye "Women, Girls and Technology", di
Jakarta (25/4). "Program ini adalah komitmen bersama swasta, media, serta
pemerintah untuk pengembangan teknologi bagi para perempuan dan anak perempuan,"
terang Linda.
Deva Rachman, Corporate Affairs Director Intel Indonesia,
mengatakan bahwa teknologi terbukti membawa banyak manfaat. Perempuan yang
memiliki akses pada internet akan dapat mengakses informasi yang berguna, untuk
diri sendiri dan untuk komunitasnya pula.
"Akses berita serta info terkini, keterhubungan, yang
lebih mudah membuat hidup lebih produktif. Teknologi ditakuti mengekspoitasi
wanita tapi pada praktiknya teknologi yang digunakan bijak bermanfaat sebagai
pembelajaran. Kampanye kami bertujuan meningkatan kesadaran itu," kata
Deva.
Ia menambahkan, hambatan pokoknya adalah perempuan di negara
berkembang tidak memiliki pengetahuan memadai (availability) dan
kemampuan membeli (affordability).
Saat ini 66 juta anak perempuan masih tidak mendapat akses
untuk pendidikan dasar dan lanjutan. Dan ada sepuluh juta perempuan setiap
tahunnya yang terpaksa atau dipaksa untuk menghadapi pernikahan dini. Sebanyak
satu dari tujuh anak perempuan di negara berkembang menikah di bawah usia 15
tahun.
Budaya dan mitos
Fakta global menunjukkan betapa berakar dari faktor sosial
budaya patriarki, masih terjadi kesenjangan gender (gender gap) yang
akhirnya memutus perempuan dari teknologi. Sejak kecil, anak perempuan tidak
diberi kesempatan yang sama seperti anak lelaki dalam sarana teknologi.
Mariana Amiruddin, Direktur Eksekutif dan Pemimpin Redaksi
di Jurnal Perempuan, memaparkan, "Di samping budaya, ada juga
mitos-mitos gender yang cenderung mengakibatkan ketersingkiran perempuan dari
teknologi. Seperti teknologi sebagai bidang yang diminati laki-laki, hingga
pandangan perempuan tidak bisa menguasai sains karena secara kodrati tidak bisa
berpikir rasional. Itu tidak benar."
Ia membeberkan contoh tokoh-tokoh perempuan di bidang iptek.
Antara lain ialah Emmy Noether, ahli matematika jenius yang diakui Albert
Einstein kontribusinya pada aljabar abstrak dan fisika teori. Juga Grace Murray
Hopper, perempuan yang merancang program komputasi di Harvard.
Sebaliknya, tutur Mariana, sebagai target pasar konsumen
perempuan sangat diperhitungkan. "Solusinya yaitu harus ditanamkan bahwa
teknologi dibutuhkan dan bisa dikuasai siapa pun karena teknologi adalah sebuah
gagasan, ide, penciptaan," ujarnya.
(Gloria
Samantha)
Sumber
:
0 komentar:
Posting Komentar