- Fungsi keluarga dengan pengguna narkoba
Setiap
orang memiliki gambaran,sudut pandang dan pengertian yang berbeda-beda tentang
keluarga. Namun diperlukan kesepakatan pembatas pengertian keluarga, karena
berkaitan dengan fungsi keluarga dalam kehidupan individual seperti fungsi
biologis,pemeliharaan, ekonomi, keaagaman dan sosial. adalah unit ataupun
satuan masyarakat terkecil yang terdiri dari suami (ayah) sebagai kepala rumah
tangga,istri(ibu),dan anak-anak biasanya di sebut juga sebagai (Nuclear Family) yang
diikat dalam satuan perkawinan,darah atau adopsi (pengakuan hak secara legal).
Dimana orang-orang tersebut melakukan interaksi dan komunikasi serta
menjalankan masing-masing peranannya.
Peranan
keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu
dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Berbagai
peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1.
Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya serta wajib melakukan kontroling terhadap anggota
keluarganya khususnya anak-anak.
2.
Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung,penasehat dan disamping itu juga ibu dapat berperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3.
Peranan Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikologisosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Jika
salah satu anggota keluarga menjadi
pengguna narkoba hal apa saja yang akan kita dan keluarga lakukan? Mengingat
pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam kehidupan. Karena bagaimana pun
kesalahan dalam diri seorang seperti penggunaan narkoba selain faktor
interna(dalam diri individual) adalah faktor eksternal(fungsi keluarga) mengapa
fungsi kelaurga? Karena, kurangnya atau bahkan sama sekali tidak berajalan
peran dan fungsi yang seharusnya fungsi sulit untuk digantikan dengan orang
lain. Apa saja kan fungsi-fungsi dalam keluarga?
Ada beberapa fungsi yang dijalankan keluarga :
- · Fungsi Biologis : bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya,tempat melahirkan individu dengan keunikananya. Apabila salah satu anggota keluarga sebagai pengguna narkoba maka secara alami dapat terjadi penurun fungsi ini dengan berkurangnya produksi hormon sel telur/sel sperma.
- · Fungsi Perlindungan(pemeliharaan) : keluarga saling melindungi dan memelihara sesama anggota keuarga terutama orang tua terhadap anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman, bukan hanya itu anggota keluarga pun harus memelihara dan melindungi harta dan benda yang dimilikinya. Peran orang tua pada fungsi ini sangat penting untuk memelihara anaknya bagaimana perkembangannya dan kehidupan terhadap teman-temannya anaknya hingga tidak sampai menjadi pengguna narkoba.
- · Fungsi Ekonomi : bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga setidaknya dapat tercukupi karena tidak kemungkinan bahwa orang yang perekonomiannya dia atas rata-rata memilik hawa nafsu yang tinggi seperti inginnya menjadi pengguna narkoba. Dan tidak kemungkinan juga bahwa yang masih di bawah rata-rata juga melakukan hal yang sama bahkan menjadi pengedar narkoba untuk di perjual belikan demi menadapatkan keuntungan besar.
- · Fungsi Keagamaan : bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan dan kepercayaan keagaaman serta Keesaan Tuhan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
- · Fungsi Sosialisasi anak : bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik yang mampu bersosialisi dengan masyarakat luas di luar kehidupan berkeluarga, fungsi ini tidak kalah penting denhgan fungsi yang lain,fungsi harus di tanamkan sejak dini untuk melatih terutama anak untuk bersosialisasi dengan orang lain demi menghindari sifat pemalu,terpuruk dan tidak merasa sendiri.
Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di
antara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
- Kondisi masyarakat sederhana dan maju di Indonesia
Berdasarkan ilmu etymologi masayarakat berasal
dari bahasa Arab serapan (musyarak) yang berarti ikut berpartisipasi. Dalam
bahasa Inggris, masyarakat disebut dengan society, yang berarti sekumpulan
orang yang membentuk sebuah sistem dan terjadi komunikasi dan interaksi dalam
suatu hubungan sosial, saling berhubungan lalu membentuk kelompok lebih besar
serta memiliki kesamaan budaya.Masyarakat adalah suatu
kelompok manusia yang tinggal dalam satu wilayah dan telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma,
adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu
masyarakat, dapat digolongkan menjadi masyarakat sederhana dan masyarakat maju
(masyarakat modern).
Masyarakat
sederhana
Dalam
lingkungan masyarakat sederhana (primitif) pola pembagian kerja cenderung
dibedakan menurut jenis kelamin. Kaum pria melakukan perkerjaan yang berat
seperti,menangkap ikan di laut,berburu,bertani,berternak,dan menebang
pohon.Sedangkan kaum wanita pekerjaan yang ringan-ringan seperti,mengurus rumah
tangga,mengasuh anak-anak, merajut/menjahit dan membersihkan rumah. Pembagian
dalam bentuk lain tidak terungkap dengan jelas, sejalan dengan pola kehidupan
dan pola perekonomian masyarakat primitif atau belum sedemikian rupa seperti
pada masyarakat maju.
Kondisi masyarakat sederhana di Indonesai saat
ini mulai tidak seimbang dengan adanya konsep emansipasi wanita, yang kini banyak
pekerjaan kaum pria di kerjakan juga oleh banyak wanita. hal tersebut sebenarnya
akan menjadi beban berat seorang wanita dan terasa tidak adil jika pekerjaan itu menjadi kebalikan(kaum
pria tidak bekerja).
Menggugat
Pembagian Peran Publik-Domestik
TAU-LITIK KAMIS, 12 MEI 2016 , 09:05:00
WIB | Oleh: Nasaruddin Umar
Pembagian
peran publik dan domestik berdasarkan jenis kelamin banyak dikritisi para
pakar, tidak terkecuali di antaranya pakar muslim. Perbedaan dan dikotomi peran
ini mulai muncul ketika disadari bahwa pembagian kerja secara seksual ternyata
banyak merugikan perempuan dan menguntungkan laki-laki. Kalau dalam
masyarakat tradisional dikenal pembagian kerja secara seksual, laki-laki
sebagai pemburu (hunter) dan perempuan sebagai pengasuh (nurturer), maka hal
yang sama masih juga dijumpai dalam masyarakat modern. Perempuan merasa
disudutkan di ruang domestik, dengan tanggung jawab mengurus segenap urusan
internal rumah tangga, termasuk mengasuh dan mendidik anak. Sedangkan laki-laki
bebas menikmati udara segar di ruang publik, tanpa harus terdekonsentrasi oleh
urusan reproduksi. Wilayah publik seakan-akan domain kaum laki-laki. Jika
perempuan bermaksud mendekati wilayah ini maka mereka harus bersedia
menanggung berbagai syarat, cost, dan resiko
Akibat
dikotomi ini muncul konsep beban ganda (double burden) bagi perempuan. Dari
satu segi dituntut untuk mengurus secara langsung urusan kerumahtanggaan,
tetapi di segi lain ditantang untuk memerankan beberapa peran tertentu yang
masuk di wilayah publik. Aktifnya perempaun di dunia publik didorong oleh berbagai
alasan, antara lain untuk menghilangkan ketergantungan kepada suami di samping
meringankan beban ekonomi keluarga.
Salahsatu kerugian yang dialami kaum perempuan dengan dikotomi pembagian peran ini ialah terbatasnya ruang dan waktu bagi perempuan untuk mengakses pekerjaan atau dunia usaha. Padahal, bekerja adalah salahsatu hak asasi manusia yang sangat mendasar. Dilihat dari berbagai sudut, seseorang yang tidak bekerja, entah laki-laki atau perempuan, apapun alasannya, seolah-olah dianggap cacat atau beban sosial. Berbagai asumsi negatif bisa muncul terhadap orang-orang yang tidak bekerja. Dalam berbagai penelitian juga membuktikan bahwa secara psikologis seseorang dalam usia proktif akan mengalami inveriority comlex syndrome, kehilangan rasa percaya diri; dan dari sudut agama, orang yang tidak beramal dianggap tidak sempurna keimanannya, karena hampir setiap perintah beriman dibarengi perintah beramal.
Ketika indikator pekerjaan diukur berdasarkan nilai produktifitas, dan produktifitas ditafsirkan berdasarkan incame materi, maka dampaknya antara lain, setiap orang yang tidak menghasilkan nilai tambah (value added) maka dianggap tidak bekerja. Seberat apapun pekerjaan seorang ibu rumah tangga di sektor domestik, ia tidak dianggap bekerja dalam perspektif masyarakat kapitalis.
Perempuan yang bekerja dalam dunia publik, masih dibedakan dengan dua istilah, yaitu perempuan bekerja dan perempuan karier atau lebih popular dengan wanita karier. Yang pertama ditujukan kepada perempuan yang bekerja di sektor informal sebagai buruh atau semacamnya, tidak mempunyai hak-hak inisiatif lebih besar dan semuanya ditentukan oleh para pemilik modal, termasuk di sini para pekerja seks. Yang kedua diperuntukkan kepada perempuan yang memiliki profesionalisme dan hak-hak inisiatif lebih luas. Ironisnya, polarisasi seperti ini tidak pernah diberlakukan bagi laki-laki. Dalam lingkungan kerja, promosi karier seorang perempuan selain harus memenuhi persyaratan formal sebagaimana ketentuan yang berlaku, juga tersirat satu syarat inplisit, yaitu yang bersangkutan "direlakan" oleh kaum laki-laki di lingkungannya, baik di lingkungan unit kerjanya maupun di lingkungan keluarganya, khususnya oleh suaminya.
Salahsatu kerugian yang dialami kaum perempuan dengan dikotomi pembagian peran ini ialah terbatasnya ruang dan waktu bagi perempuan untuk mengakses pekerjaan atau dunia usaha. Padahal, bekerja adalah salahsatu hak asasi manusia yang sangat mendasar. Dilihat dari berbagai sudut, seseorang yang tidak bekerja, entah laki-laki atau perempuan, apapun alasannya, seolah-olah dianggap cacat atau beban sosial. Berbagai asumsi negatif bisa muncul terhadap orang-orang yang tidak bekerja. Dalam berbagai penelitian juga membuktikan bahwa secara psikologis seseorang dalam usia proktif akan mengalami inveriority comlex syndrome, kehilangan rasa percaya diri; dan dari sudut agama, orang yang tidak beramal dianggap tidak sempurna keimanannya, karena hampir setiap perintah beriman dibarengi perintah beramal.
Ketika indikator pekerjaan diukur berdasarkan nilai produktifitas, dan produktifitas ditafsirkan berdasarkan incame materi, maka dampaknya antara lain, setiap orang yang tidak menghasilkan nilai tambah (value added) maka dianggap tidak bekerja. Seberat apapun pekerjaan seorang ibu rumah tangga di sektor domestik, ia tidak dianggap bekerja dalam perspektif masyarakat kapitalis.
Perempuan yang bekerja dalam dunia publik, masih dibedakan dengan dua istilah, yaitu perempuan bekerja dan perempuan karier atau lebih popular dengan wanita karier. Yang pertama ditujukan kepada perempuan yang bekerja di sektor informal sebagai buruh atau semacamnya, tidak mempunyai hak-hak inisiatif lebih besar dan semuanya ditentukan oleh para pemilik modal, termasuk di sini para pekerja seks. Yang kedua diperuntukkan kepada perempuan yang memiliki profesionalisme dan hak-hak inisiatif lebih luas. Ironisnya, polarisasi seperti ini tidak pernah diberlakukan bagi laki-laki. Dalam lingkungan kerja, promosi karier seorang perempuan selain harus memenuhi persyaratan formal sebagaimana ketentuan yang berlaku, juga tersirat satu syarat inplisit, yaitu yang bersangkutan "direlakan" oleh kaum laki-laki di lingkungannya, baik di lingkungan unit kerjanya maupun di lingkungan keluarganya, khususnya oleh suaminya.
Masyarakat
maju/modern
Masyarakat
maju memiliki anekaragam kelompok sosial, atau lebih dikenal dengan kelompok
organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan
serta tujuan tertentu yang akan dicapai. masyarakat maju dapat dibedakan
sebagai kelompok masyarakat non industri dan masyarakat
industri.
- · Masyarakat industri pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat semakin tinggi. Solidaritas didasarkan pada hubungan saling ketergantungan antara kelompok-kelompok masyarakat yang telah mengenal pengkhususandapat diartikan dengan kepandaian/keahlian khusus yang dimiliki seseorang secara mandiri, sampai pada batas-batas tertentu. contoh : tukang roti, tukang sepatu, tukang bubur, tukang las, ahli mesin, ahli listrik, tukang bakso, mereka dapat bekerja secara mandiri. Dengan timbulnya spesialisasi fungsional, makin berkurang pula, ide-ide kolektif untuk diekspresikan dan dikerjakan bersama
- · Masyarakat non industri
Masyarakat non industri bisa di bedakan menjadi 2 golongan yaitu:
A.
Masyarakat Primer(sukarelawan=ikhlas)
Sifat interaksidalam kelompok-kelompok primer
bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati. Pembagian kerja atau
pembagian tugas pada kelompok, yaitu menerima serta menjalankan tugas idak
secara paksa, lebih dititik beratkan pada kesadaran, tanggung jawab para
anggota dan berlangsung atas dasar rasa simpati dan secara sukarela.
Contoh-contoh kelompok primer, antara lain : keluarga, rukun tetangga, kelompok
belajar, kelompok agama, dan lain sebagainya.
B. Masayarakat
Sekunder(berdasarkan keahlian)
Antara anggota kelompok sekunder, terpaut saling hubungan tak
langsung, formal, juga kurang bersifat kekeluargaan.Oleh karena itu, sifat
interaksi, pembagian kerja antar anggota kelompok di atur atas dasar
pertimbangan-pertimbangan rasional dan objektif. Anggotanya menerima pembagian
kerja/tugas atas dasar kemampuan dan keahlian. misalnya : partai politik,
perhimpunan serikat kerja/serikat buruh, organisasi profesi, dan sebagainya.
Kondisi masyarakat maju di Indonesia sekarang lebih dominan
dibanding masyarakat sederhana walau pada dasarnya masyarakat sederhana lah
yang menjadi akar dari budaya negara itu sendiri. Masyarakat maju kini sudah
mendominasi dnegan pemakaian teknologi yang super duper semakin canggih dengan
ini masing-masing individu mulai mempelajari setiap keahliannya agar tidak
bersaing dengan teknologi yang semakin canggih.
Indonesia Berlari dengan Cepat saat Masyarakat di Daerah Maju
Rabu, 19 Oktober 2016 - 07:48 wib
MNC Media Jurnalis
PACITAN – Kondisi
masyarakat yang maju dapat membuat Indonesia berlari dengan cepat. Itu terutama
bila generasi di daerah maju.
Hal itu seperti
diungkapkan Ketua Umum Partai Perindo, Hary Tanoesoedibjo, saat bersilaturahmi
ke Pondok Pesantren (Ponpes) Tremas, Pacitan, Jawa Timur, Selasa (18/10/2016).
"Indonesia berlari
dengan cepat saat masyarakat termasuk generasi muda di daerah maju," kata
Hary Tanoe.
Menurutnya, pemerintah
harus mendorong generasi muda di daerah agar berkembang dan bisa membangun
daerahnya masing-masing.
"Pemerintah
berkewajiban memberikan kesempatan untuk generasi muda berkembang di
daerahnya," ujarnya.
Jika masyarakat di daerah
maju, lanjut Hary Tanoe, mereka akan membangun daerahnya. Saat ini, dari 514
kabupaten/kota, baru belasan yang sudah mapan.
Kepada santri Ponpes
Tremas, ayah lima anak itu pun berpesan agar semangat menata masa depan.
"Jadilah anak-anak yang rajin, kerja keras, dan pantang menyerah. Bangun
masa depan kalian, tidak ada yang tidak mungkin," tuturnya.
Sumber:
buku catatan pribadi matakuliah ilmu sosial dasar tentang individukeluargadan
masyarakat kelas 1TB03Univesitas Gunadarma
foto:
0 komentar:
Posting Komentar