Jumat, 04 November 2016

Narrkoba dan Masyarakat Indonesia

1. Apa yang anda lakukan bila anak atau suadara sekandung anda ternyata pencandu narkoba? Panik, membayangkan anak atau saudara kandung anda akan berurusan dengan polisi? Atau panik karena tak menyangka “kok bisa” orang yang anda kenal dekat terkena narkoba? Nah setelah panik, tindakan selanjutnya yang anda lakukan apa?


pertama, jangan panik
anda bisa mengumpulkan anggota keluarga untuk bermusyawarah menentukan apa yang terbaik untuk menolong orang terdekat anda. Sumbang saran dari masing-masing anggota keluarga sangat diperlukan barangkali akan ada opsi terbaik. Pilihan kedua, anda sendiri bisa mencari tahu segala informasi mengenai penanganan pecandu narkoba. Lebih jauh, media-media informasi sangat dibutuhkan di sini, misal media internet.

kedua, merubah pandangan kalau pengguna narkoba merupakan aib
Kita harus menepis perasaan malu dan perasaan bersalah menghadapi anak yang bermasalah dengan narkoba. Perasaan tersebut tidak merubah keadaan anak menjadi sembuh dari pengaruh narkoba. Kita tidak dapat menyembunyikan atau menutup-nutupi masalah anak dan berusaha menangani sendiri perawatan anak. Bermasalah dengan narkoba bukan masalah penyakit fisik belaka, seperti cukup melakukan detoksifikasi atau menawarkan racun narkoba dari tubuh anak. Jika efek racun dari narkoba dari tubuh telah hilang, bukan berarti anak sudah sembuh. Secara fisik anak bisa saja kembali segar, namun otak anak masih obsesif dan kompulsif ingin kembali menggunakan narkoba. Inilah justru yang jadi masalah terbesar yang membuat anak sulit disembuhkan karena anak selalu kambuh dan terus kambuh lagi.
Masalah ketergantungan narkoba merupakan sebuah kejadian yang luar biasa, yang mencakup kerusakan fisik, psikologis (mental), sosial maupun spiritual anak, sehingga penanganannya membutuhkan proses khusus secara menyeluruh. Bagaimana cara membangkitkan kemauan kuat dari dalam diri anak sendiri untuk sembuh, ini yang sulit dan butuh suatu program khusus pemulihan. Oleh karena itu, kita tak boleh menutup-nutupi masalah anak dan harus segera mengambil tindakan dan menempatkan anak pada program khusus pemulihan. Keberhasilan memulihkan anak dari ketergantungan narkoba merupakan sebuah prestasi luar biasa.

ketiga,bersikap tegasJika kita sayang pada anak, maka kita harus bersikap tegas menangani anak. Setiap orang tua pasti sayang dan cinta pada anak, tapi bukan berarti kita harus lemah, tunduk dan menuruti pada setiap keinginannya. Kita harus membuang perasaan tak tega pada anak. Anak yang kita hadapi kini seperti telah memiliki kepribadian ganda, penuh sikap manipulatif dan pembohong besar. Di satu sisi, dia ingin menjadi anak yang manis dan patuh pada orang tua, tapi di sisi lain dia pribadi pecandu yang tak mau melepas kecanduannya. Yang harus kita cintai adalah anak, tetapi bukan mentolerin perilaku adiksinya. Makanya, kita tak dapat menggantungkan harapan dan mempercayai sikap kompromis dan janji-janji anak yang telah ketergantungan narkoba. Orang yang telah ketergantungan narkoba seperti orang yang telah menandatangani kontrak mati dengan berbagai dampak buruk yang ditimbulkannya. Ini hanya masalah waktu. Salah kita memperkirakan sikap anak, mengulur waktu penanganan anak atau tak berani bertindak dalam seperkian detik, taruhannya nyawa anak. Oleh karena itu, Anak sangat membutuhkan pertolongan, dukungan penuh keluarga dan kita harus bersikap tegas dengan berani mengambil tindakan tegas dan cepat dengan menempatkan prioritas untuk menyelamatkan nyawa anak.

 keempat, minta bantuan profesional
Kita harus bertindak cepat dan jangan menunda-nunda waktu menangani anak dengan membawanya ke professional adiksi, seperti merujuk ke RSKO atau Panti Rehabilitasi. Kita tidak dapat mengambil keputusan sendiri untuk menangani/merawat anak yang telah bermasalah dengan narkoba tanpa mendapat bantuan professional adiksi. Sebab, masalah narkoba adalah masalah yang kompleks, sangat sulit menentukan kebijakan sendiri tanpa didukung oleh pengetahuan, pengalaman dan keterampilan penanganan masalah narkoba dengan benar. Mintalah bantuan dan petunjuk professional adiksi untuk menelaah kondisi anak dan cara atau program pemulihan yang tepat untuk anak.

kelima, membangkitkan kesadaran anak untuk pulihTak dapat dipungkiri, untuk membangkitkan kesadaran dan kemauan anak untuk pulih dari penyalahgunaan narkoba bukanlah masalah yang mudah. Untuk itu, anak sangat membutuhkan dukungan positif dari lingkungannya yang dapat merangsang keinginannya untuk pulih. Kerjasama antara konselor dan orang tua sangat dibutuhkan untuk menemukan kesadaran anak untuk sembuh. Kesadaran untuk pulih ini hanya bisa dimunculkan apabila anak dapat diarahkan untuk mau merenung dan berpikir jernih tentang dirinya.
Pada umumnya, orang yang bermasalah dengan narkoba mau merenung dan berpikir setelah melewati suatu krisis, dimana dirinya sudah merasakan benar-benar tidak berdaya dan dia tak mampu mengendalikan kondisi hidupnya lagi. Atau mengalami suatu kejadian yang luar biasa dan sangat mengguncang dirinya serta membuat hidupnya terasa sudah di luar kontrol dirinya. Pecandu sudah menghadapi jalan buntu, dia tak tahu lagi harus bagaimana berbuat. Kejatuhan dan tekanan peristiwa traumatik ini yang membuat dirinya lelah kecanduan narkoba. Namun pengalaman traumatik setiap orang berbeda-beda, ada yang cepat dan ada yang lambat. Tetapi pada umumnya, dibutuhkan proses perjalanan panjang untuk mengalami kesadaran ini.Salah satu cara merangsang anak yang bermasalah dengan narkoba untuk mau merenung dan berpikir dapat diciptakan dengan ketegasan sikap orang tua dan lingkungan terdekatnya untuk menutup atau menolak memudahkan anak memakai narkoba. Begitu juga, menolak menanggung atau melindungi berbagai akibat yang ditimbulkannya, sampai anak mengalami krisis atau tak berdaya, sehingga menuntun dirinya untuk berubah atau menuntun dirinya mencari pertolongan yang tepat karena dirinya telah lelah kecanduan.Di samping itu, kita dapat mengajak komunikasi dengan memasuki alam pikiran anak. Kita harus mampu menyentuh titik peka anak untuk merasakan dan menghayati akibat-akibat riil perbuatannya sendiri. Kita harus menggiring akal pikiran anak untuk menjelajahi dirinya sendiri tanpa tekanan. Gali harga diri anak, keinginan-keinginannya dan harapan riil anak. Rangsang anak untuk mewujudkan harapan-harapannya, sehingga timbul keinginan dan tekadnya untuk berubah. Selanjutnya, untuk mendukung tekad anak untuk berubah, maka diskusikanlah dengan professional adiksi atau konselor mengenai program pemulihan anak.

keenam, arahkan pada kegiatan positifUntuk menghilangkan gaya hidup adiksi anak, maka sangat dibutuhkan kegiatan positif yang mampu merangsang dan membangun harga diri anak, agar dirinya tetap bersih dari pengaruh narkoba. Kita dapat memotivasi dan menggiring anak untuk mengikuti program khusus pengembangan dirinya sesuai dengan minat, bakat dan hobi anak. Jika anak mampu mengembangkan sesuatu yang berharga dalam hidupnya dan selalu menyibukkan diri dengan kegiatan positif yang menggembirakannya, tentu anak akan menjauhi kehidupan narkoba. Sebab, hidup terarah tanpa narkoba sungguh membahagiakan.


2. Masyarakat Idonesia

v
masyarakat sederhana
Dalam lingkungan masyarakat sederhana (primitif) pola pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin.Kaum pria melakukan perkerjaan yang berat seperti,menangkap ikan di laut,berburu,bertani,berternak,dan menebang pohon.Sedangkan kaum wanita pekerjaan yang ringan-ringan seperti,mengurus rumah tangga,mengasuh anak-anak,bercocok tanam,merajut,membuat pakaian dan membersihkan rumah. Pembagian dalam bentuk lain tidak terungkap dengan jelas, sejalan dengan pola kehidupan dan pola perekonomian masyarakat primitif atau belum sedemikian rupa seperti pada masyarakat maju.


masyarakat maju
Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelompok sosial, atau lebih akrab dengan sebutan kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan dicapai. Dalam lingkungan masyarakat maju dapat dibedakan sebagai kelompok masyarakat non industri dan masyarakat industri.

1.    Masyarakat Industri

Jika pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat semakin tinggi. Solidaritas didasarkan pada hubungan saling ketergantungan antara kelompok-kelompok masyarakat yang telah mengenal pengkhususan. Otonomi sejenis, juga menjadi ciri dari bagian atau kelompok-kelompok masyarakat industri. Otonomi sejenis dapat diartikan dengan kepandaian/keahlian khusus yang dimiliki seseorang secara mandiri, sampai pada batas-batas tertentu.
Contoh-contoh : tukang roti, tukang sepatu, tukang bubur, tukang las, ahli mesin, ahli listrik, tukang bakso, mereka dapat bekerja secara mandiri. Dengan timbulnya spesialisasi fungsional, makin berkurang pula, ide-ide kolektif untuk diekspresikan dan dikerjakan bersama. Dengan demikian semakin komplek pembagian kerja, semakin banyak tibul kepribadian individu.
Abad ke-15 sebagai pangkal tolakdari berkembang pesatnya industrialisasi, terutama didaratan Eropa. Hal tersebut telah melahirkan bentuk pembagian kerja antara majikan dan buruh. Laju pertumbuhan industri-industri membawa konsekuensi memisahkan pekerja dengan majikan lebih nyata. Akibatnya terjadi konflik-konflik yang tak dapat dihindari, kaum pekerja membentuk serikat-serikat kerja/serikat buruh.
Perjuangan kaum buruh semakin meningkat, terutama di perusahaan-perusahaan besar. Ketidakpuasan kaum buruh terhadap kondisi kerja dan upah semakin meluas. Ketidakpuasan buruh menjadi bertambah, karena kaum industrialis mengganti tenaga manusia oleh mesin-mesin.
2.      Masyarakat non industri
Masyarakat non industri bisa di bedakan menjadi 2 golongan yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder
1.    Kelompok primer
Dalam kelompok primer, interaksi antar anggota terjalin lebih intensif, lebih erat, lebih akrab. Kelompok primer ini disebut juga kelompok ”face to face group”, sebab para anggota kelompok sering berdialog, bertatap muka, karena itu saling mengenal lebih dekat, lebih akrab.Sifat interaksidalam kelompok-kelompok primer bercorak kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati. Pembagian kerja atau pembagian tugas pada kelompok, yaitu menerima serta menjalankan tugas idak secara paksa, lebih dititik beratkan pada kesadaran, tanggung jawab para anggota dan berlangsung atas dasar rasa simpati dan secara sukarela.Contoh-contohnya adalah rukun tetangga,keluarga,kelompok agama,kelompok belajar dan lain-lain.
2.    Kelompok sekunder
Antaran anggota kelompok sekunder, terpaut saling hubungan tak langsung, formal, juga kurang bersifat kekeluargaan. Oleh karena itu sifat interaksi, pembagian kerja, antaranggota kelompok diatur atas dasar pertimbangan-pertimbangan rasiomnal dan objektif.  Kelompok sekunder dapat dibagi dua yaitu : kelompok resmi (formal group) dan kelompok tidak resmi (informal group). Inti perbedaan yang terjadi adalah kelompok tidak resmi tidak berststus resmi dan tidak didukung oleh Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) seperti lazim berlaku pada kelompok resmi.

berdasarkan penjelasan diatas menurut saya indonesia merupakan masyarakat semi-industri atau dapat digolongkan sebagai masyarakat maju

sumber:
https://ahmedtsar.wordpress.com/2014/03/06/ketika-anak-atau-orang-terdekat-menjadi-pemakai-narkoba/
https://hendrasurya.blogspot.co.id/2009/02/jika-anak-pakai-narkoba.html
http://setodwiyulianto54.blogspot.co.id/2014/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

About

BTemplates.com

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive