Minggu, 09 Oktober 2016

ARSITEKTUR DAN POPULASI PENDUDUK DI INDONESIA


Sudah menjadi dasarnya bahwa manusia sebagai makhluk hidup selalu berupaya untuk bertahan hidup, menolak rasa sakit dan mempertahankan kelangsungan hidup lebih panjang  sehingga dapat dipastikan jumlah kematian selalu lebih sedikit dari jumlah kelahiran. Jika digunakan rumus untuk menghitung populasi :

Pertambahan Penduduk = (Kelahiran – kematian) + (imigrasi – emigrasi)

Maka dengan sifat dasar manusia, jumlah penduduk di dunia akan terus bertambah. 



sumber : Forbes.com

dapat dilihat dari data tersebut bahwa setiap tahunnya jumlah populasi di Bumi terus meningkat, hingga abad ke-21 nanti, di prediksi jumlah total populasi di dunia mencapai 11 miliar jiwa.

Berdasarkan data dari worldometers.info, Indonesia sendiri menempati posisi ke-empat sebagai negara dengan populasi tertinggi. Sekitar 2,8% dari total penduduk Dunia atau sekitar 260 juta jiwa bermukim di Indonesia dan terus meningkat sebesar 1.3% tiap tahunnya. Namun kondisi Indonesia sekarang masih belum mampu untuk menampung keseluruhan jumlah tersebut. Terbukti dengan masih tingginya angka pengangguran, rendahnya kualitas pendidikan dan kurangnya ketersediaan pangan yang berimbas pada meningkatnya jumlah keluarga miskin dan angka kelaparan, gizi buruk, wabah penyakit, kriminalitas, serta masalah lainnya.


sumber: beritaenam.com

Selama ini pemerintah telah berupaya keras mengatasi masalah tersebut, dengan  program Keluarga berencana dan peningkatan pelayanan sebagai akseptornya, program Transmigrasi, menetapkan UU tentag batas usia perkawinan, membatasi tunjangan anak bagi PNS/ABRI dan meningkatkan wajib belajar 6 tahun menjadi 9 tahun. Namun upaya itu saja belum cukup, diperlukan kerja sama dari semua pihak untuk mengatasi masalah ini.

Nah, kita sebagai Arsitek dan Calon Arsitek, apa yang dapat kita lakukan untuk berkontribusi dalam menanggulangi masalah populasi penduduk di Indonesia ?

Menurut Van Romondt, Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia dengan bahagia (definisi konsepsional) kata ruang meliputi semua ruang yang terjadi karena dibuat oleh manusia. Pada prinsipnya jelas bahwa arsitektur terdiri dari unsur-unsur ruang atau dengan kata lain karya arsitektur merupakan lingkungan baik buatan manusia maupun dari alam, istilah yang lebih popular untuk menggambarkan pengertian ini lah bahwa arsitektur merupakan suatu lingkungan binaan. Karya arsitektur merupakan wujud kebudayaan sebagai hasil kelakuan manusia dalam rangka memenuhi hasrat kebutuhan mereka. Sebuah karya arsitektur secara umum mempertimbangkan kebudayaan suatu daerah tersebut,  mengikuti pola pikir masyarkat, adat dan tradisi sehingga Arsitektur bisa menjadi baha non-verbal untuk suatu masyarakat. Dengan kata lain, karya arsitektur yang selama ini tercipta dipengaruh oleh kebudayaan dan pola pikir masyarakat. Namun bagaimana jika hal sebaliknya yang dilakukan, Arsitektur mempengaruhi kebudayaan dan pola pikir masyarakat ?.

"Tidak ada keraguan apapun tentang pengaruh arsitektur dan struktur pada karakter dan tindakan manusia. Kami membuat bangunan kami dan setelah itu mereka membuat kita. Mereka mengatur perjalanan hidup kita. " 
Winston Churchill, addressing the English Architectural Association, 1924


sedari dulu kita telah tahu  bahwa cara orang menjalani hidup mereka secara langsung terkait dengan rancangan lingkungan di mana mereka tinggal. Sehingga telah sejak lama para arsitek mencoba merancang bangunan yang dapat mempengaruhi perilaku manusia untuk alasan strategis, memberikan pengalaman tertentu atau untuk alasan kesehatan dan keselamata, namun secara umum rancangan mereka lebih sering fokus untuk mempengaruhi interaksi sosial. Susunan partisi, kamar, pintu, jendela, dan lorong-lorong berfungsi untuk mendorong atau menghambat komunikasi .

Kebanyakan pola arsitektur untuk mempengaruhi perilaku melibatkan satu atau lain cara melalui susunan fisik dalam dan luar  gedung atau perubahan sifat material. Dalam keadaan tertentu, ada kemungkinan suatu rancangan dapat mengubah persepsi orang tentang perilaku apa yang mungkin atau sesuai dan kemungkinan benar-benar memaksa beberapa perilaku dapat terjadi. Perubahan sifat material dapat membentuk perilaku tertentu, misalnya pita penggaduh di jalan membuat supir memperlambat laju kendaraanya atau tempat duduk di restoran cepat saji yang keras dan kaku memaksa orang agar cepat menyelesaikan makan dan pergi.

Pada tahun 1966, seorang perancang Inggris bernama Maurice Broady 
menggambarkan praktek tanpa dasar menyatakan bahwa desain akan mengubah perilaku dengan cara diprediksi dan positif.
Dalam sejarah singkat bagaimana arsitektur dapat mempengaruhi perilaku manusia dapat dilihat dari beberapa karya arsitek ternama dunia berikut:

Leon Battista Alberti , seorang arsitek Renaissance era Italia, mengklaim di tahun 1400-an bahwa bentuk-bentuk klasik yang seimbang akan memaksa penjajah agresif untuk meletakkan senjata mereka dan menjadi warga sipil.
Frank Lloyd Wright , arsitek AS yang merancang salah satu bangunan paling terkenal di Amerika, Fallingwater , sama percaya arsitektur yang tepat akan menyelamatkan AS dari korupsi dan membuat orang kembali ke usaha yang sehat.
Arsitek Perancis Le Corbusier mengklaim tentang bagaimana bangunan Villa Savoye-nya di Perancis dapat menyembuhkan orang sakit.

Hasil-hasil karya arsitektur membawa dampak pada masyarakat, karena ia hadir dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, ia menjadi bagian dari everyday life. Dalam era lama dimana bangunan dibentuk oleh pola pikir masyarakatnya; misalnya arsitektur tradisional yang di bentuk oleh budaya yang melingkupinya, saat ini bahkan seringkali berbalik 180 derajat, Arsitektur justru menjadi media perubahan, dimana kehadirannya merepresentasikan paradifma baru yang ‘meloncat’ dari masanya, sehingga memicu wacana baru, bahkan perubahan disekitarnya.

Dengan demikian salah satu kontribusi yang dapat dilakukan para arsitek untuk menanggulangi meningkatnya populasi penduduk adalah menciptakan desain bangunan yang dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat. Menjadikan desain bangunan tersebut menjadi standar bentuk perumahan masa depan.Tentu saja cara ini memerlukan waktu yang sangat panjang, namun dengan bahu membahu dari semua pihak bukan tidak mungkin di masa depan jumlah populasi penduduk di Indonesia berangsur ideal. 


Sumber :







--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------




Pranata Sosial

Menurut Soerjono Soekanto, pranata sosial merupakan lembaga kemasyarakatan yang diartikan sebagai himpunan norma dari berbagai tindakan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan kata lain, pranata sosial merupakan kumpulan norma (sistem norma) dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat.

Pranata social memiliki 8 macam tujuan, yaitu :
1. Pranta yang bertujuan memenuhi kebutuhan sosial dan kekrabatan , yang disebut kinship atau domestic institutions. Contohnya perkawinan, tunangan, tolong menolong antarkekerabatan, poligami, perceraian, dan sebagainya.
2. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mata pencaharian hidup, memproduksi, menimbun, dan mendistribusikan harta benda atau economic institutions. Contohnya pertanian, perikanan, koperasi, dan macam-macam perdagangan.
3. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan pengetahuan dan pendidikan manusia atau educational institutions. Contohnya pendidikan masyarakat, tk, sd, smp, sma, perguruan tinggi, tempat-tempat kursus, dan tempat-tempat pelatihan lainya.
4. Pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah manusia atau scientific institutions. Contohnya berbagai metode ilmiah dan pendidikan ilmiah lainya.
5. Pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk menyatakan rasa keindahandan rekreasi atau aesthetic and recreational institutions. Contohnya seni suara, seni rupa, seni gerak, seni lukis, dan seni sastra.
6. Pranata sosial yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan tuhan atau religius institutions. Contohnya do’a.
7. Pranata sosial yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mengatur kehidupan berkelompok atau bernegara atau politic institutional. Contohnya pemerintahan, demokrasi, kehakiman, kepolisian , dan sebagainya.
8. Pranata yang mengurus kebutuhan jasmani manusia atau spmatic institutionals. Contohnya pemeliharaan kecantikan, kesehatan, dan kedokteran.
   
SUMBER


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Blogroll

About

BTemplates.com

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive