Mengatasi Kepadatan
penduduk & 8 C ontoh Pranata Sosial
Kepadatan penduduk yang kini terjadi dan mulai meningkat
menimbulkan berbagai permasalahan termasuk di Ibu Kota Jakarta, mulai dari hal
sandang, pangan, dan papan. Permasalahan itu harus segera di atasi agar tidak
menjalar ke berbagai aspek lainnya. Dengan meningkatnya angka kependudukan
lahan perkerjaanpun semakin terbatas, apalagi ditambahnya pendatang dari daerah
untuk mengadu nasib di Ibu Kota ini. Kini pemerintah juga sudah berpola untuk
mengatasi kepadatan penduduk yaitu dengan Progam KB yang disosialisasikan dilingkungan
masyarakat.
A. Pengertian Kepadatan Kependudukan
Pengertian
kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah.
Indonesia merupakan salah satu negara yang laju pertumbuhan penduduknya sangat
pesat sehingga menyebabkan kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk menyebabkan
berbagai hal merugikan antara lain meningkatnya jumlah pengangguran karena
penduduk semakin bertambah sementara kesempatan kerja tidak bertambah. Hal itu
akan menyebabkan kemiskinan yang berdampak pada hal lain seperti kelaparan,
menurunnya tingkat kesehatan, dan menurunnya kualitas masyarakat karena
kurangnya ilmu pengetahuan. Seperti inflasi, kepadatan penduduk juga dapat
digolongkan menjadi beberapa macam antara lain :
1. Aritmatik
Kepadatan penduduk aritmatik adalah
rata-rata jumlah penduduk pada luas wilayah 1 km. Terdapat rumus untuk
menghitung kepadatan penduduk aritmatik yaitu jumlah penduduk dibagi luas
wilayah.
2.
Agraris
Kepadatan penduduk agraris adalah
rata-rata jumlah penduduk profesi petani pada setiap satuan luas lahan
pertanian. Cara menghitungnya yaitu membagi jumlah petani dengan luas lahan
pertanian.
3.
Ekonomis
Kepadatan penduduk ekonomis adalah
rata-rata jumlah penduduk pada setiap luas lahan produksi. Cara menghitungnya
yaitu membagi jumlah penduduk dengan luas lahan produksi.
Setelah mengetahui pengertian kepadatan
penduduk dan juga macam-macamnya, anda juga perlu mengetahui faktor yang
menyebabkan kepadatan penduduk terjadi, yaitu :
1.
Natalitas
Natalitas atau kelahiran tentunya
sangat mempengaruhi kepadatan penduduk. Untuk mengatasi hal tersebut,
pemerintah mencetuskan program keluarga berencana untuk mengurangi tingkat
kelahiran.
2.
Iklim dan tempat
Iklim dan tempat yang strategis
menyebabkan semakin banyak orang yang menghuni tempat tersebut. Tentuny hal
tersebut tidak sesuai dengan luas wilayah yang tersedia. Untuk mengatasi hal
tersebut, dapat dilakukan program urbanisasi sehingga terjadi pemerataan
penduduk.
3. Ekonomi
Jika suatu daerah menyediakan lapangan
pekerjaan yang besar, maka akan banyak penduduk yang berharap untuk mendapatkan
pekerjaan dan kemudian berbondong-bondong pindah ke daerah tersebut. Misalnya
saja kota Jakarta yang menjadi tempat banyak orang untuk mengadu nasib.
4. Sosial
Orang cenderung memilih untuk tinggal
di tempat yang aman. Maka dari itu, tempat yang aman biasanya memiliki
kepadatan penduduk yang tinggi. Untuk mengatasinya, negara harus meningkatkan
keamanan pada berbagai tempat dengan dibantu oleh tenaga militer.
Sesuai dengan pengertian kepadatan
penduduk, maka terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh suatu negara
untuk mengatasi masalah tersebut yaitu :
1.
Mengendalikan angka
kelahiran
Dapat dilakukan dengan program keluarga
berencana, juga penundaan usia muda untuk menikah.
2.
Pemindahan penduduk
Agar terjadi pemerataan penduduk, maka
dapat dilakukan pemindahan penduduk dari daerah yang padat penduduk ke yang
kurang penduduk.
3.
Pemerataan lapangan
kerja
Pemerataan lapangan kerja dapat
dilakukan dengan memanfaatkan potensi yang ada pada suatu daerah. Misalkan
suatu desa memiliki SDA yang tinggi, maka hal tersebut dapat diolah.
Teori- teori
Kepadatan Penduduk
1. Teori Malthus (Thomas Robert Malthus)
Orang yang pertama-tama mengemukakan teori mengenai penduduk adalah Thomas Robert Malthus yang hidup pada tahun 1776 – 1824. Kemudian timbul bermacam-macam pandangan sebagai perbaikan teori Malthus. Dalam edisi pertamanya Essay on Population tahun 1798 Malthus mengemukakan dua pokok pendapatnya yaitu :
a. Bahan makanan adalah penting untuk kehidupan manusia
b. Nafsu manusia tak dapat ditahan.
Orang yang pertama-tama mengemukakan teori mengenai penduduk adalah Thomas Robert Malthus yang hidup pada tahun 1776 – 1824. Kemudian timbul bermacam-macam pandangan sebagai perbaikan teori Malthus. Dalam edisi pertamanya Essay on Population tahun 1798 Malthus mengemukakan dua pokok pendapatnya yaitu :
a. Bahan makanan adalah penting untuk kehidupan manusia
b. Nafsu manusia tak dapat ditahan.
Malthus juga mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan makanan. Akibatnya pada suatu saat akan terjadi perbedaan yang besar antara penduduk dan kebutuhan hidup.
Dalil yang dikemukakan Malthus yaitu bahwa jumlah penduduk cenderung untuk meningkat secara geometris (deret ukur), sedangkan kebutuhan hidup riil dapat meningkat secara arismatik (deret hitung). Menurut pendapat Malthus ada faktor-faktor pencegah yang dapat mengurangi kegoncangan dan kepincangan terhadap perbandingan antara penduduk dan manusia yaitu dengan jalan :
a. Preventive checks
Yaitu faktor-faktor yang dapat menghambat jumlah kelahiran yang lazimnya dinamakan moral restraint. Termasuk didalamnya antara lain :
1) Penundaan masa perkawinan
2) Mengendalikan hawa nafsu
3) Pantangan kawin
b. Positive checks
Yaitu faktor-faktor yang menyebabkan bertambahnya kematian, termasuk di dalamnya antara lain :
1) Bencana Alam
2) Wabah penyakit
3) Kejahatan
4) Peperangan
Positive checks biasanya dapat menurunkan kelahiran pada negara-negara yang belum maju.
2. Aliran Marxist (Karl Marx dan Fried
Engels)
Aliran ini tidak sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan kekurangan makanan). Karl Marx dan Friedrich Engels (1834) adalah generasi sesudah Maltus. Paham Marxist umumnya tidak setuju dengan pandangan Maltus, karena menurutnya paham Maltus bertentangan dengan nurani manusia.
Dasar Pegangan Marxist adalah beranjak dari pengalaman bahwa manusia sepanjang sejarah akan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Beda pandangan Marxist dan Maltus adalah pada “Natural Resource” tidak bisa dikembangkan atau mengimbangi kecepatan pertumbuhan penduduk.Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis). Marxist juga berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk.
Aliran ini tidak sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan kekurangan makanan). Karl Marx dan Friedrich Engels (1834) adalah generasi sesudah Maltus. Paham Marxist umumnya tidak setuju dengan pandangan Maltus, karena menurutnya paham Maltus bertentangan dengan nurani manusia.
Dasar Pegangan Marxist adalah beranjak dari pengalaman bahwa manusia sepanjang sejarah akan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Beda pandangan Marxist dan Maltus adalah pada “Natural Resource” tidak bisa dikembangkan atau mengimbangi kecepatan pertumbuhan penduduk.Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis). Marxist juga berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk.
Pendapat Aliran Marxist :
a. Populasi manusia tidak menekan makanan, tapi mempengaruhi kesempatan kerja.
b. Kemeralatan bukan terjadi karena cepatnya pertumbuhan penduduk, tapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian hak para buruh
c. Semakin tinggi tingkat populasi manusia, semakin tinggi produktifitasnya, jika teknologi tidak menggantikan tenaga manusia sehingga tidak perlu menekan jumlah kelahirannya, ini berarti ia menolak teori Malthus tentang moral restraint untuk menekan angka kelahiran.
a. Populasi manusia tidak menekan makanan, tapi mempengaruhi kesempatan kerja.
b. Kemeralatan bukan terjadi karena cepatnya pertumbuhan penduduk, tapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian hak para buruh
c. Semakin tinggi tingkat populasi manusia, semakin tinggi produktifitasnya, jika teknologi tidak menggantikan tenaga manusia sehingga tidak perlu menekan jumlah kelahirannya, ini berarti ia menolak teori Malthus tentang moral restraint untuk menekan angka kelahiran.
3. Aliran Neo-Malthusian (Garreth Hardin & Paul Ehrlich)
Pada abad 20 teori Malthus mulai
diperdebatkan kembali. kelompok ini menyokong aliran Malthus, akan tetapi lebih
radikal lagi dan aliran ini sangat menganjurkan untuk mengurangi jumlah
penduduk dengan menggunakan cara-cara “Preventif Check” yaitu menggunakan alat
kontrasepsi.
Tahun 1960an dan 1970an foto-foto telah diambil dari ruang angkasa dengan menunjukkan bumi terlihat seperti sebuah kapal yang berlaya dengan persediaan bahan bakar dan bahan makanan yang terbatas. Pada suatu saat kapal ini akan kehabisan bahan bakar dan bahan makanan tersebut sehingga akhirnya malapetaka menimpa kapal tersebut.
Tahun 1871 Ehrlich menulis buku “The Population Bomb” dan kemudian direvisi menjadi “The Population Explotion” yg berisi:
a. Sudah terlalu banyak manusia di bumi ini.
b. Keadaan bahan makanan sangat terbatas.
c. Lingkungan rusak sebab populasi manusia meningkat.
Analisis ini dilengkapi oleh Meadow (1972), melalui buku “The Limit to Growth” ia menarik hubungan antara variabel lingkungan (penduduk, produksi pertanian, produksi industri, sumber daya alam) dan polusi. Tapi walaupun begitu, melapetaka tidak dapat dihindari, hanya manusia cuma menunggunya, dan membatasi pertumbuhannya sambil mengelola alam dengan baik.
4. Teori Kependudukan Kontemporer
1). Teori Fisiologi dan sosial ekonomi
a. John Stuart Mill
John Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan Inggris dapat menerima pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan penduduk melampaui laju pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu aksioma. Namun demikian dia berpendapat bahwa pada situasi tertentu manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya. Selanjutnya ia mengatakan apabila produktivitas seorang tinggi ia cenderung ingin memiliki keluarga kecil. Dalam situasi seperti ini fertilitas akan rendah. Jadi taraf hidup (standard of living) merupakan determinan fertilitas. Tidaklah benar bahwa kemiskinan tidak dapat dihindarkan (seperti dikatakn Malthus) atau kemiskinan itu disebabkan karena sistem kapitalis (seperti pendapat Marx) dengan mengatakan “The niggardline of nature, not the injustice of society is the cause of the penalty attached to everpopulation (Week, 1992).
Tahun 1960an dan 1970an foto-foto telah diambil dari ruang angkasa dengan menunjukkan bumi terlihat seperti sebuah kapal yang berlaya dengan persediaan bahan bakar dan bahan makanan yang terbatas. Pada suatu saat kapal ini akan kehabisan bahan bakar dan bahan makanan tersebut sehingga akhirnya malapetaka menimpa kapal tersebut.
Tahun 1871 Ehrlich menulis buku “The Population Bomb” dan kemudian direvisi menjadi “The Population Explotion” yg berisi:
a. Sudah terlalu banyak manusia di bumi ini.
b. Keadaan bahan makanan sangat terbatas.
c. Lingkungan rusak sebab populasi manusia meningkat.
Analisis ini dilengkapi oleh Meadow (1972), melalui buku “The Limit to Growth” ia menarik hubungan antara variabel lingkungan (penduduk, produksi pertanian, produksi industri, sumber daya alam) dan polusi. Tapi walaupun begitu, melapetaka tidak dapat dihindari, hanya manusia cuma menunggunya, dan membatasi pertumbuhannya sambil mengelola alam dengan baik.
4. Teori Kependudukan Kontemporer
1). Teori Fisiologi dan sosial ekonomi
a. John Stuart Mill
John Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan Inggris dapat menerima pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan penduduk melampaui laju pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu aksioma. Namun demikian dia berpendapat bahwa pada situasi tertentu manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya. Selanjutnya ia mengatakan apabila produktivitas seorang tinggi ia cenderung ingin memiliki keluarga kecil. Dalam situasi seperti ini fertilitas akan rendah. Jadi taraf hidup (standard of living) merupakan determinan fertilitas. Tidaklah benar bahwa kemiskinan tidak dapat dihindarkan (seperti dikatakn Malthus) atau kemiskinan itu disebabkan karena sistem kapitalis (seperti pendapat Marx) dengan mengatakan “The niggardline of nature, not the injustice of society is the cause of the penalty attached to everpopulation (Week, 1992).
b. Arsene Dumont
Arsene Dumont seorang ahli demografi
bangsa Perancis yang hidup pada akhir abad ke-19. Pada tahun 1980 dia menulis
sebuah artikel berjudul Depopulation et Civilization. Ia melancarkan teori
penduduk baru yang disebut dengan teori kapilaritas sosial (theory of social
capilarity). Kapilaritas sosial mengacu kepada keinginan seseorang untuk
mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat, misalnya: seorang ayah selalu
mengharapkan dan berusaha agar anaknya memperoleh kedudukan sosial ekonomi yang
tinggi melebihi apa yang dia sendiri telah mencapainya. Untuk dapat mencapai
kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, keluarga yang besar merupakan beban
yang berat dan perintang. Konsep ini dibuat berdasarkan atas analogi bahwa
cairan akan naik pada sebuah pipa kapiler.
c. Emili Durkheim
Emile Durkheim adalah seorang ahli sosiologis Perancis yang hidup pada akhir abad ke-19. Apabila Dumont menekankan perhatiannya pada faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, maka Durkheim menekankan perhatiannya pada keadaan akibat dari adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi (Weeks, 1992). Ia mengatakan, akibat dari tingginya pertumbuhan penduduk, akan timbul persaingan diantara penduduk untuk dapat mempertahankan hidup. Dalam memenangkan persaingan tiap-tiap tiap-tiap orang berusaha untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilan, dan mengambil spesialisasi tertentu, keadaan seperti ini jelas terlihat pada kehidupan masyarakat perkotaan dengan kehidupan yang kompleks.
Pendapat saya menganai penanggulangan
Kepadatan Penduduk :
adalah :
1.
Pemerataan Penduduk
di setiap Wilayah di Indonesia
Pemerataan penduduk di wilayah
Indonesia dapat dijadikan solusi mengatasi kepadatan penduduk di kota atau
wilayah tertentu di tanah air. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan
program transmigrasi ke daerah yang masih miliki luas wilayah dengan tingkat
kepadatan penduduk yang masih rendah. Program ini juga perlu disertakan lapangan
pekerjaan bagi calon transmigran atau pelatihan-pelatihan agar mereka punya
bekal untuk hidup di lingkungan yang baru. Pengetahuan mengenai wilayah yang
akan menjadi tempat transmigrasi juga perlu disosialisasikan
kelebihan-kelebihannya supaya mereka nyaman dan tidak kembali lagi ke wilayah
asalnya.
2.
Pembatasan
Pembangunan Rumah Tinggal
(Revisi
Aturan Urbanisasi)
Pembatasan urbanisasi di wilayah yang
sudah padat penduduk agar tidak membangun rumah tinggal. Hal ini dapat membantu
mengurangi penggunaan lahan dan mengurangi risiko membangun rumah dilahan milik
pemerintah, bantaran kali, dan di pinggir rel kereta. Mereka yang melakukan
urbanisasi disarankan atau diwajibkan untuk tinggal di apartemen atau rumah
susun (rusun) dan memberikan uang deposito kepada pemerintah daerah. Uang
deposito ini bertujuan untuk apabila mereka terlantar dan tidak juga memiliki
tempat tinggal mereka dapat dipulangkan. Apabila kepentingan pekerjaan
seseorang melakukan urbanisasi, pihak kantor harus menyiapkan rumah dinas atau
mess.
3.
Pemerintah Daerah
Menyiapkan Tempat Tinggal
Pemerintah daerah menyiapkan tempat
tinggal di setiap wilayah administrasi. Tempat ini dikhususkan bagi pendatang.
Pendatang diwajibkan untuk menyewa tempat ini sebagai tempat tinggalnya.
Bangunan ini dapat berupa rumah susun (rusun), mess, kost, atau apartemen.
4.
Sosialisasi Usia
Ideal untuk Menikah
Sosialisasi usia ideal untuk menikah
adalah salah satu cara untuk mengendalikan angka kelahiran dan kepadatan
pendudukan di suatu wilayah. Cara ini dapat disosialisasikan di lingkungan RT,
sekolah, kampus, perkantoran, rumah sakit, dan tempat perbelanjaan. Dengan
demikian masyarakat akan semakin paham tentang pengendalian populasi penduduk di
wilayah yang padat.
B. Delapan Bidang Pranata Sosial
berserta contohnya
·
Pranata Agama dan
Kepercayaan :
Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
beribadah dalam hubungan manusia secara vertikal terhadap Tuhan YME dan untuk
memenuhi kebutuhan spiritual manusia.
Contoh : Tata cara pelaksanaan ibadah
dan upacara keagaman
·
Pranata Ekonomi :
Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
meterial, termasuk di dalamnya produksi, distribusi , dan konsumsi
Contoh : Penidustrian, perikanan,
prtanian, petambangan, perburuan, perkoperasian, perbankan, perdagangan, dan
pelayan jasa
·
Pranata Pendidikan :
Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
dalam mengembangkan kepribadian kemampuan di dalam dan di luar sekolah. Proses
ini berlangsung seumur hidup dengan berbagai norma, pengatahuan, keterampilan,
dan segala aspek budaya lain yang berlaku dlam masyarakat.
Contoh : Pendidikan formal, pendidikan informal, dan
pendidikan nonformal.
·
Pranata Politik :
Bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan
dengan berbagai cara dan alat untuk mencapai tujuan bersama dalam hidup
bermasyarakat yang didasari dengan ilmu kenegaraan atau tata negara.
Contoh : Sistem kekuasaan, pemerintahan, dan
partai politik.
·
Pranata Somatik :
Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan
kenyamanan hidup.
Contoh : Perewatan kesehatan,
kebugaran, hiburan, dan kecantikan.
·
Pranata Kesenian :
Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan
rasa keindahan.
Contoh : Seni suara, seni musik, seni
tari,seni pahat, seni drama, seni sastra.
·
Pranata Sosial :
Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
manusia sebagai makhluk sosial yang berinteraksi anatar sesamanya dalam hidup
bermasayarakat.
Contoh : Pernikahan sistem kekerabatan
program Keluarga Berencanaan, dan sistem hukum.
·
Pranata Penelitian :
Bertujuan untuk menemukan masalah dan
gejala baru tentang suatu hal, mengembangkan suatu progam atau pengetahuan, dan
memuji kebeneran
Hipotesis atau dugaan sementara.
Contoh : Penelitian tentang keeftikan
konservasi tata guna lahan di kota Pontianak(Kalimat Barat).
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar