Senin, 28 Maret 2016 | 21:29
Tawuran Antar Pelajar di Bogor, Satu
Tewas
Ilustrasi Tawuran Pelajar (Suara
Pembaruan/Joanito De Saojoao)
Bogor - Awal masuk sekolah setelah
libur panjang diwarnai aksi tawuran antar pelajar di Jalan Raya Bogor-Jakarta
KM 48 Kelurahan Nangewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Senin (28/3).
Pelajar Herdiansyah (19) tewas setelah terkena sabetan benda tajam di bagian
kepala.
Kapolsek Cibinong, Polres Kabupaten
Bogor, Komisaris HidaTjohyono saat dikonfirmasi menuturkan, peristiwa tawuran
terjadi sekitar pukul 16.00 WIB. Saat itu kedua kelompok pelajar yang diduga
berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan Tri Darma dan Sekolah Menengah Kejuruan
Yapis bertemu di Jalan Raya Bogor.
"Mungkin di antara kelompok itu ada
yang memprovokasi sehingga terjadi tawuran. Salah satu pelajar Herdiansyah
terkena bacok di bagian kepalanya. Korban pun roboh dan melihat salah satu
pelajar terluka tawuran pun bubar," kata Hida, Senin (28/3) malam.
Warga sekitar yang melihat kejadian
tersebut segera membawa Herdiansyah ke rumah sakit. Namun, luka yang cukup
parah korban pun meninggal dunia. Saat ini, jenazah sudah di bawa keluarganya
di Kelurahan Nangewermekar, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor untuk
dimakamkan.
Saat ini, kata Hida, polisi masih
bergerak untuk mencari para pelaku. Polisi yang sudah mengetahui identitas para
pelaku tidak menemukan para pelaku penganiayaan tersebut di rumahnya.
"Beberapa yang terduga pelaku
sedang kami kejar. Usai tawuran, para pelaku tidak pulang ke rumahnya. Kami
masih kembangkan peristiwa ini untuk menangkap para pelaku. Beberapa saksi pun
telah diperiksa dan senjata yang digunakan untuk menganiaya masih dicari,"
pungkasHida.
VentoSaudale/YUD
BeritaSatu.com
Tawuran sudah sangat
marak terjadi pada kalangan pelajar di Indonesia saat ini, dari mulai pelajar
sekolah menengah atas, sekolah menengah pertama, bahkan pada pelajar tingkat
sekolah dasar. Fenomena ini sangat jelas bertentangan dengan norma dan nilai
dalam masyarakat. Tawuran sendiri sering kali terjadi karena adanya konflik antar
perorangan yang berlainan sekolah atau kelompok-kelompok antar sekolah. Konflik
yang timbul pun biasanya hanya berupa masalah kecil yang seharusnya dapat
diselesaikan tanpa kekerasan.
1.
Pengertian Tawuran
Dalam kamus bahasa
Indonesia “tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak
orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga
pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok
orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang berstatus
sebagaipelajar.
Secara psikologis,
perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu
bentuk kenakalan remaja. Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat
digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
a. Delikuensi situasional, perkelahian
terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi.
Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah
secara cepat.
b. Delikuensi sistematik, para remaja
yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau
geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti
angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat
melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa
pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana
dari pembentukan genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa
adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup
kelompok teman sebayanya.
2.
Faktor- faktor yang menyebabkan tawuran
pelajar
Berikut ini adalah faktor-faktor yang
menyebabkan tawuran pelajar, diantaranya :
a.
Faktor Internal
Faktor
internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui
proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan
disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan
perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang
kompleks. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil
dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah
mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang
remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah
orang-orang sekelilingnya. Di antara pelajar laki-laki, tawuran seperti
sudah menjadi tradisi yang harus dilakukan. Kalau enggak tawuran, enggak
jantan, enggak keren, enggak mengikutiperkembangan zaman, atau banyak lagi
anggapan lain. Dan para pelajar ini cenderung senang berkelompok, mereka
berkelompok karena mereka merasakan sebuah perasaan senasib. Perasaan senasib
tersebut menimbulkan sebuah solidaritas masal yang sifatnya fanatis dan
simbolik. Mereka yang tidak bisa memenuhi tuntutan solidaritas tidak akan
terekrut dalam kelompok-kelompok yang ada. Disinilah mereka harus menunjukan
jati diri eksistensi mereka. Minuman keras, narkoba, dan perkelahian bukan
sekedar eksperimentasi mereka sebagai remaja melainkan juga menjadi semacam
metode simbolik untuk bisa diterima oleh kelompok-kelompok yang ada. Tanpa
kelompok-kelompok itu, mereka akan mengalami perasaan kesepian yang mendalam
karena teralienasi baik oleh kelompok manusia dewasa maupun seusia mereka.
b.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar
individu, yaitu :
1) Faktor
Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama
dari orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang
dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia
akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari
keluarganya. Selain itu ketidakharmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab
kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan
rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik
dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
2) Faktor
Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para
siswa pandai secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah
merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun
sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini
dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya
disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup
kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut menunjukkan
kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para siswanya.
Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki
kepribadian yang baik.
3) Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat
mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah
yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik.
Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para
remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang
dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya
juga bisa mengakibatkan tawuran.
3. Hal
yang menjadi pemicu tawuran
Fenomena tawuran yang
terjadi di Indonesia beberapa pekan terakhir membuka mata kita kembali akan
maraknya kekerasan dalam pergaulan sosial remaja pelajar Indonesia yang lama
sempat tengelamditengah hiruk pikuk carut marut pendidikan nasional. Bila
dicermati, respon masyarakat awam maupun kalangan pendidikan terhadap fenomena
tawuran selalu saja mengkambinghitamkan problem-problem sosial di luar sekolah
yang mempengaruhi pembentukan perilaku negatif pelajar. Disinilah letak
penyimpangan intepretasi sosial yang terkadang mewujud kepada penanganan yang
selama ini terbukti tidak efektif mengurangi angka kejadian tawuran pelajar di
Indonesia. Seorang Psikolog tersohor, Maslow, mengkategorikan beberapa motif
perilaku kepada bangunan piramida motivasi manusia. Dalam teori motivasinya,
Maslow menyebutkan bahwa salah satu motivasi tindakan manusia adalah untuk
memperoleh pengakuan eksistensial dari sesamanya. Disinilah titik penting yang
sering terlepas dari kesadaran kritis kita dalam menyoroti fenomena tawuran
antar pelajar selama ini.
Pelajar
adalah manusia yang hidup dalam situasi transisi antara dunia anak menuju
dewasa. Disinilah ruang dimana seorang manusia remaja mulai menyadari
kebutuhan-kebutuhan sosialnya untuk diterima sekaligus diakui oleh komunitas
masyarakat disekitarnya. Ruang baru yang mereka huni tersebut terkadang
menuntut hadirnya kultur solidaritas yang dalam beberapa kasus, bukan tidak
mungkin, menyimpang menjadi sebuah sikap fanatisme dan vandalisme. Inilah
mengapa kemunculan fenomena tawuran selalu diwarnai dengan kehadiran
kelompok-kelompok vandalistik (baca: gank) yang biasanya mengundang
perasaan-perasaan fanatisme berlebih dari setiap anggotanya.
Banyak
sekali alasan yang bisa menjadikan tawuran antar-pelajar terjadi. Pelajar
sering kali tawuran hanya karena masalah sepele, seperti saling ejek,
berpapasan di bus, pentas seni, atau pertandingan sepak bola. Bahkan, yang baru
terjadi awal bulan ini, tawuran dipicu saling ejek di Facebook, yang kemudian
sampai menyebabkan nyawa seorang pelajar melayang. Padahal, jejaring sosial,
kan, hanya untuk havingfun, bukan untuk menjadi pemicu tawuran.
Tak
jarang disebabkan oleh hanya saling menatap antar sesama pelajar yang berbeda
sekolahan. Bahkan saling rebutan wanita pun bisa menjadi pemicu tawuran. Dan
masih banyak lagi sebab-sebab lainnya. Selain alasan-alasan yang spontan,
ada juga tawuran antar-pelajar yang sudah menjadi tradisi.
Di
antara pelajar laki-laki, tawuran seperti sudah menjadi tradisi yang harus
dilakukan. Kalau enggak tawuran, enggak jantan, enggak keren, enggak mengikuti
perkembangan zaman, atau banyak lagi anggapan lain.
4. Dampak
karena tawuran pelajar
a) Kerugian
fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu
cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian
b) Masyarakat
sekitar juga dirugikan. Contohnya : rusaknya rumah warga apabila pelajar yang
tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga
c) Terganggunya
proses belajar mengajar
d) Menurunnya
moralitas para pelajar
e) Hilangnya
perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai
SEMINAR ANTI TAWURAN
1.
Pendahuluan
Tawuran
antar pelajar adalah suatu tindakan kekerasan berupa perkelahian yang dilakukan
oleh sekelompok orang yang masih berstatus sebagai pelajar.
2. Nama kegiatan
Seminar
Anti Tawuran
3. Tujuan kegiatan
Memberikan pemahaman pada para pelajar mengenai dampak
negati
yang ditimbulkan dari tawuran sehingga
diharapkan setelah mengikuti seminar ini para pelajar tidak akan melakukan
tindak tawuran.
4. Tempat , Waktu, Dan Peserta
Tempat :
Kegiatan ini di selenggarakan di Balai Kota Bogor
Waktu :
8 Oktober 2016
Peserta :
Pelajar Menengah Atas, Guru
5. Narasumber
Seto Mulyadi
6. Susunan acara
No.
|
Waktu
|
Kegiatan
|
|
1
|
09:00-09:30
|
pembukaan seminar
|
|
2
|
09:30-10:00
|
sambutan
|
|
3
|
10:00-12:00
|
pemberian materi mengenai tawuran dan dampaknya
|
|
4
|
12:00-13:00
|
ISHOMA
|
|
5
|
13:15-15:00
|
pemberian materi oleh narasumber
|
|
6
|
15:00-16:00
|
penutup
|
7.
Materi seminar
Materi yang akan dibahas dalam seminar ini adalah
mengenai pengertian tawuran, penyebab terjadinya tawuran serta cara untuk
menghindari dan mencegah terjadinya tawuran antar pelajar.
8.
Kepanitiaan
a)
Ketua
panitia : Agus Julianto
b)
Wakil ketua
panitia : Sandrina
c)
Sekretaris : Annisa
d)
Bendahara : Fauziah M.
e)
Humas : Reza
f)
Dokumentasi : Budianto
g)
Perlengkapan : Muhammad Rizki
h)
Pendaftaran : Rahmania
0 komentar:
Posting Komentar